Marsudijono mengatakan, pihaknya pun telah menggadeng sejumlah perguruan tinggi dalam mendirikan Pojok Statistik ini.
“Kalau tahun 2024 ini baru di UNPAR, tapi sebelumnya kami di UNPAD, lalu yang kedua ada di UI, terus IPB, terus kemarin UNISBA,” imbuhnya.
Menurutnya, UNPAR merupakn satu-satunya universitas swasta yang tidak memiliki data statistiknya.
“Yang lain kan ada semua, karena apa? karena penelitian kan menggunakan data, nah disinilah kami dengan para profesor sudah bercerita dari data yang kami punya. Ya mudah-mudahan dimulai dari UNPAR ini, banyak pengembangan penelitian-penelitian yang lebih substansi khususnya yang memajukan masyarakat,” katanya.
Sementara itu, Rektor UNPAR, Prof Tri Basuki Joewono mengatakan, UNPAR sebagai perguruan tinggi itu harus menghasilkan generasi muda yang sadar tentang data.
“Kalau sekarang kita lihat fenomenanya anak muda itu kalau berbicara, menulis sesuatu gak pakai data, pakai perasaan atau pemikiran, nah dengan Pojok Statistik kita berusaha mendekatkan data,” ucap Tri.
Sehingga nantinya, para mahasiswa UNPAR jika berpendapat sesuatu itu berdasarkan data tidak asal-asalan.
“Dan kami ingin generasi mudanya itu akan sadar dengan data dan informasi,” ujarnya.
Dengan adanya kolaborasi ini, kata Tri, UNPAR juga bisa belajar bagaimana mengakumulasi data dari BPS.
“UNPAR itu punya 10 ribu mahasiswa, dengan belajar kita bisa kolaborasikan. Kemudian ujungnya kita gak perlu lagi survei, tadi saya coba explore beberapa data di luar dan bisa, begitu juga di perguruan tinggi kita punya data ya kita diskusikan kita sampaikan ini loh yang dibutuhkan maka BPS akan bergerak secara sistematik lewat negara lewat pemerintahan,” tuturnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini