bukamata.id – Sosok Ustazah Waria Shuniyya Ruhama tengah mencuri perhatian publik usai video ceramahnya viral di media sosial. Penampilannya yang syar’i, suaranya yang lembut, serta gaya bicaranya yang santun membuat banyak warganet penasaran: siapa sebenarnya Shuniyya Ruhama?
Video singkat yang diunggah akun @medsos_rame pada Kamis (29/5/2025) memperlihatkan Shuniyya sedang memberikan ceramah kepada jamaah perempuan. Mengenakan gamis putih dan jilbab senada, ia menyampaikan nasihat spiritual tentang cara menyikapi konflik rumah tangga, seperti menganjurkan istri untuk membacakan Asmaul Husna saat membuatkan minuman bagi suaminya.
Namun, bukan hanya isi ceramahnya yang menuai perhatian. Publik pun mulai menelusuri latar belakang Shuniyya, terutama setelah disebutkan bahwa ia adalah seorang waria dan pernah mendirikan paguyuban waria di Kendal, Jawa Tengah.
Ustazah Waria yang Menulis Kisah Hidupnya
Bukan tanpa dasar, informasi bahwa Shuniyya Ruhama adalah seorang waria diperkuat oleh pengakuannya sendiri dalam sebuah buku biografi. Buku berjudul “Jangan Lepas Jilbabku! Catatan Harian Seorang Waria” yang diterbitkan oleh Galang Press pada Mei 2005, menjadi dokumentasi perjalanan spiritual dan personalnya sebagai seorang transgender.
Dalam buku tersebut, Shuniyya menulis:
“Fisikku laki-laki, tapi jiwaku perempuan. Saat itu aku belum menyadari bahwa aku seorang transeksual.”
Pernyataan ini menjadi pengakuan eksplisit yang menegaskan identitas gendernya dan menjadi bagian dari perjuangannya untuk tetap mendapatkan tempat dalam komunitas religius.
Pendidikan dan Karier yang Tak Biasa
Shuniyya Ruhama lahir dan besar di Weleri, Kendal, Jawa Tengah. Ia merupakan lulusan Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, pada tahun 2004. Tak hanya lulus, ia bahkan menyandang predikat cumlaude dengan IPK 3,56.
Skripsi yang ia tulis pun cukup mencerminkan kegelisahan identitas dan budaya, berjudul “Keanekaragaman Ekspresi Busana Waria”. Tema ini menunjukkan upayanya untuk menggali eksistensi waria dari sudut pandang sosiologis, bukan semata kultural atau religius.
Di luar dunia akademik, Shuniyya dikenal sebagai pembatik yang menggunakan teknik canting elektrik. Karya batiknya telah diminati pasar internasional, seperti Amerika Serikat, Rusia, Afrika, hingga Republik Ceko.
Aktivitas Keagamaan dan Sosial
Dalam unggahan lama di akun Instagram @shuniyya_ruhama, yang kini tidak lagi aktif sejak 2023, ia tampak aktif dalam kegiatan keagamaan. Shuniyya mengaku sebagai santri dan simpatisan Nahdlatul Ulama (NU). Ia juga pernah menghadiri kegiatan Fatayat NU serta menjadi Koordinator Gusdurian Kendal.
Namun demikian, setelah video ceramahnya viral, akun media sosialnya justru dibanjiri komentar warganet. Beberapa di antaranya menyuarakan kritik keras, mempertanyakan kelayakan seorang waria menjadi penceramah agama.
Komentar seperti:
“Tobat, kalau berilmu jadi ustad bukan ustazah kan ente laki,”
hingga
“Semoga kembali ke kodratnya,”
menggambarkan kontroversi yang timbul di masyarakat terkait posisi gender dalam ruang keagamaan.
Fenomena Ustazah Waria Shuniyya Ruhama memperlihatkan bagaimana isu identitas gender dan keagamaan masih menjadi topik sensitif di masyarakat. Namun, di balik kontroversinya, Shuniyya juga merepresentasikan suara yang kerap terpinggirkan: kaum minoritas yang tetap ingin berkontribusi dalam ruang dakwah dan sosial.
Bukan perkara menerima atau menolak, tetapi bagaimana masyarakat menyikapi dengan bijak, tanpa mengabaikan nilai-nilai kebaikan, penghormatan terhadap sesama, dan tetap mengedepankan adab dalam berdialog.