Setibanya di rumah, kata Erlangga, ASI istrinya ternyata tidak keluar. Hingga pukul 18.00 WIB, tak ada susu yang masuk ke anaknya. Lalu, pada pukul 21.00 WIB, kondisi kesehatan anaknya tiba-tiba menurun karena jantungnya berhenti berdetak.
Erlangga yang panik langsung kembali ke Klinik Alifa. Namun, setibanya di sana klinik tersebut sudah tutup. Dia menggedor pintu klinik berulangkali hingga ada seorang bidan yang keluar dan langsung mengecek kondisi anaknya. Setelah dicek, anaknya kemudian dinyatakan telah meninggal dunia.
“Dia memeriksa anak saya lalu menyebutkan bahwa anak saya sudah meninggal,” ucap dia.
Tak ada penjelasan dari pihak klinik soal penyebab anaknya meninggal dunia. Anaknya bahkan tak diberi surat kematian.
Dari sana, Erlangga bergegas menuju ke RS Jasa Kartini Tasikmalaya karena berharap anaknya masih hidup. Di sana, anaknya sempat ditangani hingga dinyatakan meninggal dunia dan diberi surat kematian.
Ketika itu, Erlangga dokter di rumah sakit itu pun terkejut saat tahu anaknya tak ditempatkan di inkubator padahal berat badannya tak normal. Mestinya, anak dengan berat sekitar 1,5 kilogram ditempatkan di inkubator selama 7 hari dan diberikan banyak ASI.
“Minimal inkubator untuk bayi dengan BB 1,5 kilogram adalah selama tujuh hari atau sepuluh hari menurut suster di Rumah Sakit Jasa Kartini, mereka menanyakan melahirkan di mana karena kaget kok bayi dengan BB tersebut dibolehkan pulang,” kata dia.
Usai peristiwa itu, Erlangga mengaku sempat kembali mendatangi Klinik Alifa untuk meminta penjelasan. Akan tetapi, tak ada bidan yang menemuinya. Kasus itu pun akhirnya dilaporkan ke Satreskrim Polres Tasikmalaya Kota.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini