Selain itu, Romo juga melihat adanya beberapa komponen biaya haji yang dapat dihemat. Salah satu upaya yang disiapkan adalah negosiasi biaya penerbangan dengan menurunkan keuntungan dari harga avtur.
Romo menjelaskan bahwa saat periode high session (libur panjang), harga tiket pesawat bisa dipotong hingga 10%.
Ia optimis bahwa untuk ibadah haji, negosiasi dengan avtur dapat menurunkan ongkos penerbangan, yang berkontribusi sekitar 30% dari total biaya haji.
“Jika ongkos pesawat bisa diturunkan karena keuntungan avtur dikurangi, hal ini dapat menurunkan biaya haji secara keseluruhan,” ujar Romo.
Selain itu, Kemenag juga melakukan negosiasi harga layanan di Arafah-Muzdalifah-Mina (Armuzna). Romo menyebutkan, harga layanan di Armuzna tahun lalu sekitar SAR 18 juta, namun ada kemungkinan harga tersebut turun menjadi sekitar SAR 16 juta.
Upaya berikutnya adalah negosiasi harga katering, di mana anggaran katering tahun lalu sekitar SAR 16,5 juta. Romo yakin harga katering bisa turun menjadi SAR 15 juta atau SAR 14 juta per porsinya.
“Dengan langkah-langkah ini, kami yakin penurunan biaya haji bisa tercapai tanpa mengurangi kualitas layanan,” tegasnya.
Terkait dampak penurunan biaya terhadap kualitas layanan, Romo optimis bahwa kualitas tidak akan terganggu. Menurutnya, dengan semakin banyaknya penyedia layanan, kompetisi akan membuat harga lebih bersaing dan kualitas pelayanan semakin baik.
“Dulu, perusahaan yang menyediakan barang dan jasa sangat sedikit, yang menyebabkan sedikitnya persaingan dalam menetapkan harga. Namun sekarang, jumlah perusahaan penyedia layanan seperti hotel dan Armuzna sudah banyak, bahkan mencapai ratusan. Hal ini menyebabkan harga menjadi lebih kompetitif dan pelayanan pun semakin baik,” jelasnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini