“Sebenarnya tahun ini kita ada beberapa kota, secara total itu kita kasih supportnya beberapa bentuk, dimulai kita kasih support untuk screeningnya itu sendiri, setelah itu bagaimana memang untuk teman-teman yang sudah berjuang dengan thalassaemianya, yang pertama mereka butuh wadah, kita kasih support ke YTI supaya temen-temen ini punya rumah singgah supaya mereka bisa terkoordinir,” bebernya.
Selain rumah singgah, kata Michael, mereka ini setiap bulannya harus melakukan transfusi darah. Mengingat, kadar zat besi di dalam tubuh mereka itu selalu berlebihan.
“Makannya temen-temen thalassaemia itu biasanya agak sedikit mungkin kulitnya agak lebih kusam, mereka harus mengkonsumsi suplemen juga untuk menjaga kadar besi di darahnya ini nggak terlalu besar, jadi kita support mereka juga dengan pompa suntik,” katanya.
“Jadi mereka bisanya nginjekkan sendiri secara mandiri tentunya juga kalau di rumah singgah secara kolektif obat-obatan yang mereka butuhkan, supaya mereka bisa bertahan,” tambahnya.
Selain di Kota Bandung, Michael mengatakan jika keberadaan rumah singgah sendiri tersebar di tiga kota kabupaten di luar Jawa Barat.
“Bandung ada, Jabar ada lagi di Tasik, terus tiga kota lainnya di luar Jawa Barat, jadi Jawa Barat ada di Bandung sama di Tasik,” ujarnya.
Michael berharap, dengan adanya sosialisasi adanya skrining di awal ini, akan menambah wawasan masyarakat khususnya di Kota Bandung tentang thalassaemia ini.
“Karena kalau thalassaemia ini jarang orang dengar gitu, banyak orang yang suka ketuker salah thalassaemia sama anemia gitu ya, padahal thalassaemia ini penyakit yang cukup serius gitu dan para teman-teman pejuang thalassaemia mereka itu menderita dari kecil,” jelasnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini