bukamata.id – Sebuah kasus pelecehan seksual kembali mengguncang dunia pendidikan berbasis agama. Seorang ketua yayasan pondok pesantren di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), diduga menjadi pelaku dalam skandal memalukan ini.
Yang mengejutkan, keberanian para korban dalam membongkar kasus ini ternyata terinspirasi dari film asal Malaysia berjudul Bidaah.
Para korban, sebagian besar merupakan santri dan alumni pesantren tersebut, mengaku merasa tergugah setelah menonton film Bidaah yang menyoroti kisah penyimpangan dalam lingkungan religius.
Kesamaan antara cerita dalam film dan pengalaman pribadi mereka, mendorong para korban untuk melaporkan tindakan tak senonoh tersebut ke pihak berwajib.
Sinopsis Film Bidaah
Film Bidaah, atau dalam versi internasionalnya berjudul Broken Heaven, adalah serial Malaysia yang mulai tayang di platform Viu pada 6 Maret 2025.
Serial yang disutradarai oleh Pali Yahya dan ditulis oleh Eirma Fatima ini langsung mencuri perhatian publik karena mengangkat isu agama dan penyimpangan dalam kelompok keagamaan.
Dengan total 15 episode berdurasi 42 menit, Bidaah bercerita tentang Baiduri (Riena Diana), seorang perempuan muda yang bergabung dengan sekte Jihad Ummah atas permintaan ibunya. Sekte tersebut dipimpin oleh Walid Muhammad (Faizal Hussein), sosok karismatik yang mengaku sebagai Imam Mahdi.
Seiring waktu, Baiduri dan Hambali (Fattah Amin), putra tangan kanan Walid, menyadari adanya penyimpangan ajaran dalam sekte tersebut.
Mereka mulai membongkar praktik pernikahan paksa, manipulasi keagamaan, dan tekanan spiritual yang terjadi dalam kelompok itu. Meski fiksi, kisah Bidaah terasa sangat dekat dengan realitas di sejumlah wilayah, termasuk Indonesia.
Kasus Masih Bergulir
Terduga pelaku dalam kasus pelecehan seksual ini diketahui berinisial AF (60), yang menjabat sebagai ketua yayasan pondok pesantren di Lombok Barat.
Saat ini, penyelidikan masih berlangsung dan korban yang melapor terus bertambah.
Pihak kepolisian dan lembaga perlindungan anak mendukung penuh proses hukum agar para pelaku bisa diproses secara adil, dan mendorong lebih banyak korban yang mungkin masih bungkam untuk berani bersuara.
Kasus ini menjadi peringatan keras akan pentingnya pengawasan di lingkungan pesantren dan perlunya ruang aman bagi korban untuk berbicara.
Film seperti Bidaah membuktikan bahwa media bisa menjadi pemantik keberanian dan kesadaran sosial terhadap kejahatan yang kerap disembunyikan di balik simbol agama.
Baca Berita bukamata.id lainnya di Google News









