Sampai sekarang Teras Sunda Cibiru masih bisa dipakai untuk umum, bukan hanya seniman.
3. Gedung De Majestic
Terletak di jantung Jalan Braga, De Majestic pertama kali dibuka pada 1925. Gedung ini awalnya dikenal sebagai lokasi pemutaran perdana Loetoeng Kasaroeng, film pertama yang diproduksi di Indonesia.
Namun, tak hanya film, panggungnya kerap digunakan untuk pertunjukan teater dan seni drama klasik di era kolonial. Kini, gedung ini tetap menjadi ruang pertunjukan seni budaya, dari teater musikal hingga pementasan kontemporer, menjadikannya ikon seni yang melampaui generasi.
4. Gedung Kesenian Rumentang Siang
Beberapa sumber menyebut, Rumentang Siang berdiri sejak 1950-an dan menjadi ruang bagi seniman lokal untuk mengekspresikan diri, terutama di era Orde Baru.
Berbagai komunitas seni, termasuk para pelopor seni eksperimental seperti Harry Roesli, menggunakan tempat ini untuk mengeksplorasi kritik sosial melalui teater.
Lokasi yang terletak di Jalan Baranangsiang ini, terus menjadi pusat seni yang mengakomodasi seniman muda Bandung untuk menghidupkan bentuk seni teater baru. Semisal kegiatan teater unit kegiatan mahasiswa, atau ekstrakulikuler sekolah.
5. Gedung Societet Concordia (kini Gedung Merdeka)
Sebelum menjadi Gedung Merdeka yang terkenal karena Konferensi Asia-Afrika, bangunan ini dikenal sebagai Societet Concordia. Pada masanya, gedung ini adalah tempat eksklusif untuk pementasan opera dan drama bergaya Eropa.
Setelah transformasinya, fokusnya beralih ke acara kenegaraan, meski tetap digunakan sesekali untuk teater sejarah dan acara seni budaya yang merayakan warisan Bandung.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini