Joker pada dasarnya adalah villain yang enggak memiliki rasa cinta terhadap Harley Quinn –hanya ingin mengeksploitasi dan menggunakannya sebagai alat. Sementara itu, Harley Quinn terobsesi pada sosok Joker. Premis seperti ini enggak terlalu terasa dalam folie à deux. Motif kedua karakter dalam membangun hubungan mereka pun terasa enggak jelas. Spark-nya pun juga kurang terasa.
Sebagai film musikal, musik bisa dipakai sebagai media untuk membangun hubungan dan mengekspresikan perasaan kedua karakter. Namun, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, musik-musiknya pun enggak mampu mengeksplorasi perasaan dan situasi yang ada.
5. Tujuan yang Pointless
Adegan, karakterisasi, dan elemen lain di dalam sebuah film semestinya dijalin untuk bisa menunjukkan tujuan tertentu. Film omnibus, contohnya, kendati punya beberapa cerita dan situasi yang dialami tokoh berbeda, tetapi ada garis dan tujuan yang menghubungkan mereka semua.
Folie à Deux, oleh para kritikus, dianggap sebagai sebuah karya yang pointless, enggak fokus kepada tujuannya. Banyak adegan yang cuma bermaksud menonjolkan aspek musikal dan kegilaan kedua tokoh, tetapi penceritaannya malas sehingga motivasinya terasa enggak jelas. Akhir film ini pun dianggap kentang dan enggak punya makna.
Dalam RottenTomatoes, Matt Hudson dari Bloody Awesome Movie Podcast menyebutkan bahwa film ini mengabaikan potensi cemerlangnya karena penceritaannya berantakan, membingungkan, dan enggak fokus. Dan atas hal itu, Hudson sedikit menyalahkan sang sutradara, Todd Phillips.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini