Dalam kitab Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan, para fuqaha (ahli fiqih) menjadikan hadits ini sebagai dalil disunnahkannya berpuasa pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, dikarenakan kelaziman dalam melaksanakan puasa sebagai suatu amal. (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari, [Mesir, Al-Mathba’ah Al-Islamiyah: 1872] Juz 2, halaman 480).
2. Menghidupkan malam sepuluh hari pertama
عن قتادة، عن ابن المسيب، عن أبي هريرة عن النبي ﷺ قال: ما من أيام أحب إلى الله أن يتعبد له فيها من عشر ذي الحجة، يعدل صيام كل يوم منها ، وقيام كل ليلة منها بقيام ليلة القدر
Artinya: “Dari Qatadah, dari Ibnu Al-Musayyib, dari Abi Hurairah dari Nabi Muhammad saw bersabda: Sepuluh hari pertama dalam Dzulhijjah merupakan hari yang sangat disenangi oleh Allah, karenanya beribadahlah pada-Nya, dirikanlah puasa dan hidupkanlah malam seperti menghidupi Lailatul Qadar.” (HR. Imam Tirmidzi).
Selain berpuasa pada sepuluh hari pertama, pun dianjurkan menghidupi malam setiap harinya.
3. Memperbanyak dzikir (Tahlil, Tahmid, Takbir)
Disunnahkan pula memperbanyak dzikir, seperti memperbanyak bacaan tahlil, tahmid, dan dzikir. Sebagaimana hadits:
عن ابن عمرعن النبي ﷺ، قال: ما من أيام أعظم [عند الله] ولا أحب إليه العمل فيهن من هذه الأيام العشر، فأكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد
Artinya: “Dari Ibnu Umar dari Nabi Muhammad saw bersabda: Sepuluh hari pertama dalam Dzulhijjah merupakan hari yang sangat diagungkan dan disenangi oleh Allah, karenanya perbanyak ucapan tahlil, takbir, tahmid.” (HR. Imam Ahmad).
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini