Jalaluddin As-Suyuthi mengatakan, rasa syukur kepada Allah atas nikmat apapun atau dalam konteks ini atas nikmat kelahiran Nabi Muhammad SAW sebaiknya diekspresikan dengan semua aktivitas kebaikan yang dapat dimaknai sebagai bentuk syukur kepada Allah.
Yang perlu digarisbawahi dari As-Suyuthi, dalam peringatan maulid terdapat edukasi berupa konten yang memotivasi orang untuk beramal saleh. Oleh orang Indonesia, hal ini diterjemahkan dalam bentuk taushiyah atau ceramah agama.
Oleh karena itu, ceramah pada peringatan maulid Nabi Muhamad saw harus diisi dengan ceramah agama, bukan ceramah provokatif, agitatif, hoaks, konten yang berisi ujaran kebencian bernuansa SARA.
Selain itu, juga disebutkan amalan yang bisa dikerjakan dalam menyambut peringatan Maulid Nabi bisa berupa pembacaan Al-Qur’an, pembacaan kitab rawi melalui atau tanpa iringan tabuhan rebana, pembacaan ayat Al-Qur’an, penyampaian ceramah agama, dan makan bersama di tempat atau pembagian makanan yang biasa disebut “berkat”.
وأما ما يعمل فيه فينبغي أن يقتصر فيه على ما يفهم من الشكر لله تعالى من نحو ما تقدم ذكره من التلاوة والإطعام والصدقة وإنشاء شيئ من المدائح النبوية والزهدية المحركة للقلوب إلى فعل الخير والعمل للآخرة
Artinya, “Adapun amalan yang dapat dilakukan pada hari maulid seyogianya dibatasi pada aktivitas yang dipahami sebagai bentuk syukur kepada Allah sebagaimana telah disebutkan, yaitu pembacaan Al-Qur’an, berbagi makanan, sedekah, menggubah (atau pembacaan gubahan) pujian atas akhlak Rasul, dan menggubah syair kezuhudan yang memotivasi hati orang untuk berbuat baik dan perbekalan amal akhirat,” (As-Suyuthi: 64).
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini