bukamata.id – Peristiwa memilukan di Jalur Gaza telah memicu gelombang empati global, bahkan menjadi titik balik spiritual bagi sebagian individu.
Salah satu cerita yang mencuri perhatian adalah konversi Megan B. Rice, seorang konten kreator di TikTok, yang memutuskan memeluk Islam setelah tersentuh oleh keteguhan umat Muslim di Palestina.
Namun, apakah masuk Islam karena alasan emosional, seperti kebencian terhadap Zionis Israel, sah dan bisa diterima?
Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta, Ustaz Nur Fajri Romadhon menjelaskan bahwa idealnya, keputusan untuk masuk Islam didasarkan pada rasionalitas.
Meski demikian, Ustaz Nur menegaskan bahwa emosi juga memiliki tempat dalam perjalanan spiritual seseorang. Sejarah Islam pun menunjukkan bahwa dorongan emosional sering kali menjadi gerbang menuju keimanan yang kokoh.
“Ambil contoh kisah Hamzah bin ‘Abdilmuththalib. Ketika Abu Jahal mencaci Nabi Muhammad SAW, Hamzah tersulut emosi setelah mendengar penganiayaan tersebut dari seorang budak perempuan,” ucap Ustaz Nur dilansir laman Muhammadiyah, Rabu (22/1/2025).
“Dalam kemarahannya, Hamzah menghadapi Abu Jahal dan menyatakan keberpihakannya kepada Nabi Muhammad, meski awalnya tanpa kesadaran penuh akan ajaran Islam,” lanjutnya.
Namun, momen emosional ini menjadi awal transformasi Hamzah, yang kemudian dikenal sebagai salah satu pembela Islam yang paling gigih.
Kisah serupa juga ditemukan pada Nusaibah binti Ka’ab Al-Anshariyah, yang terjun ke medan Perang Uhud demi melindungi Rasulullah SAW.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini