“Kenapa disebut Ghaffar? Ini menunjukkan bahwa tingkat kesalahannya sudah mulai berakumulasi, banyak, sehingga pengampunan Allah pun meningkat menjadi Ghaffar,” kata UAH.
Dzhulmun
“Jika dosa sudah mengandung sifat dzalim, misalnya tidak sholat, mengajak orang untuk tidak sholat, atau mencela orang yang sholat, itu sudah termasuk Dzhulmun. Dzunubun Ma’dzulmi,” ungkapnya.
Orang-orang yang menghalangi orang lain beribadah di masjid atau mencegah dzikir di masjid Allah termasuk golongan dzalim. Dalam Al-Qur’an, surah Al-Baqarah ayat 114, disebutkan:
“Siapa orang yang mencegah orang-orang untuk berdzikir di masjid-masjid Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia memiliki sifat dzolim.”
Meskipun demikian, Allah masih memberikan kesempatan untuk bertaubat, dan bagi mereka yang bertobat, Allah menurunkan sifat-Nya yang selanjutnya untuk mengampuni, yaitu ‘Ghafur’.
Israf
“Israf terjadi ketika seseorang sudah melampaui batas. Jika kita melihat orang lain bermaksiat dan merasa tergoda untuk ikut melakukannya, itu disebut Israf,” jelas UAH.
Dalam hal ini pun, Allah tetap memberikan kesempatan untuk bertaubat. Jika seseorang mau bertaubat, Allah menurunkan sifat-Nya yang kelima, yaitu Rahim, yang merupakan sifat pengampunan tertinggi.
Dalam QS. 39 Az-Zumar ayat 53, Allah SWT berfirman:
“Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri kalian sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.”
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini