Ia menambahkan konsep ketuhanan dalam agama monoteisme seperti Islam dan Kristen merupakan konsep yang “maskulin, menggeser kemudian menghancurkan kepercayaan lokal yang berhubungan dengan roh dan alam.”
“Kehadiran monoteisme menolak adanya sosok spiritual lain selain Tuhan. Monoteisme mengganti peran dewa-dewi menjadi sosok panteon, santa atau manusia super. Sementara roh dengan posisi yang setara manusia bergeser menjadi hantu/monster,” jelas dia.
Monoteisme ikut menggeser makna upacara-upacara kepercayaan yang menggunakan metode komunikasi dengan roh seperti kegiatan yang berhubungan dengan proses transenden menjadi “kesurupan”.
Hasilnya, peran perempuan yang sebelumnya sebagai perantara roh berubah menjadi dukun atau penyihir. Pasalnya, perempuan “mampu berkomunikasi dan memerintahkan roh”.
“Perempuan dianggap sebagai sosok yang lemah dan mudah dirasuki oleh roh jahat, atau roh jahat itu berwujud seperti perempuan,” ujar Nadya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini