Namun, ada juga beberapa ulama yang memperbolehkan perempuan membaca Al-Qur’an dalam bentuk dzikir atau tafsir, selama tidak melibatkan kontak langsung dengan mushaf.
Bagi perempuan yang sedang haid, masih banyak amalan lain yang bisa dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, seperti berzikir, berdoa, bersedekah, dan memperbanyak istighfar.
Ustadz Adi Hidayat menegaskan bahwa perempuan tidak perlu merasa terbebani dengan kondisi haid mereka. Sebaliknya, masa haid adalah waktu yang tepat untuk memfokuskan diri pada ibadah-ibadah lain yang juga memiliki nilai yang tinggi di sisi Allah.
“Ketika masa haid tiba, pahala tetap mengalir bagi siapa saja yang sudah terbiasa beramal saleh di masa sucinya. Allah Maha Adil dalam menilai setiap amal,” tambah UAH.
Pernyataan ini memberikan ketenangan bagi perempuan Muslim yang khawatir kehilangan pahala saat mereka tidak bisa melaksanakan ibadah tertentu. Keyakinan bahwa pahala tetap tercatat tanpa pengurangan menjadi penghibur yang luar biasa.
Walaupun ada batasan tertentu selama masa haid, perempuan tetap memiliki banyak peluang untuk mendekatkan diri kepada Allah, misalnya dengan memperbanyak doa dan mempererat hubungan dengan keluarga serta lingkungan sekitar.
UAH juga menjelaskan bahwa Islam selalu memberikan kemudahan bagi umatnya, termasuk perempuan.
“Setiap keadaan pasti ada hikmahnya, dan masa haid bukanlah hambatan untuk meraih pahala,” ujar UAH.
Ia pun mengajak perempuan untuk tidak merasa rendah diri atau terbatas hanya karena kondisi fisik mereka. Sebaliknya, masa haid bisa dimanfaatkan untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini