bukamata.id – Toko Roti Sidodadi makin eksis setelah 69 tahun beroperasi di Kota Bandung. Beraneka macam varian roti legendaris ini tetap dijajakan di Jalan Otto Iskandardinata Nomor 255, Kota Bandung.
Sosok di balik berdirinya Roti Siodadi ini adalah Hiendrawan Kosasih. Ketika itu, Hiendrawan Kosasih melihat roti harganya masih cukup tinggi untuk dibeli kaum pribumi.
“Terbentuknya tahun 10 Mei 1954. Hanya orang Belanda dan beberapa golongan saja yg bisa menikmati roti,” kata Karyawan Roti Sidodadi, Wahyu, Selasa (5/9/2023).
Saat itu, varian rasa roti belum banyak. Hal tersebut menjadi peluang bagi Roti Sidodadi.
“Awalnya beliau mengawali usaha dengan memproduksi biskuit dan kue kering. Selain karena peluang usaha, saat itu usaha biskuit kurang berkembang, maka diputuskan untuk fokus pada usaha produksi dan berjualan roti,” ujarnya.
Wahyu mengemukakan, pemilik mengembangkan dan memproduksi roti dengan harga terjangkau oleh banyak lapisan masyarakat.
Pemilik juga ingin kalau roti itu bukan hanya bisa dinikmati oleh golongan atau lapisan masyarakat tertentu saja.
“Selain itu berinovasi dengan membuat roti seperti roti tawar tapi rasa agak sedikit manis dengan nama Roti Frans, untuk dapat lebih menghemat maka dibuat pula Roti Frans dengan isian coklat. Jadi orang tidak perlu membeli mentega sebagai olesan dan coklat butir (mesies) sebagai isian. Sehingga dapat lebih menghemat,” ungkapnya.
Ada juga produksi hemat lainnya yaitu Limarasa dengan isian coklat, keju kacang, susu nanas plus kismis. Berat satuannya pun lebih berat dari roti manis satuan.
“Di sini ada 20 lebih varian rasa. Dari yang manis hingga asin, paling banyak dibeli itu frans coklat, kopi dan pisang coklat,” ungkapnya.
Soal harga, Roti Sidodadi sangat terjangkau yaitu mulai Rp 4.700. Roti coklat, susu, nanas, krenten dan horn. Ada juga roti asin, rasa kornet, smoke beef dan baso.
Wahyu menerangkan, ciri khas dari produk toko Sidodadi yaitu tanpa adanya bahan pengawet, bahan pelembut, pewarna dan dengan bahan isian yang alami juga.
“Produk yang dihasilkan padat tapi lembut. Daya tahannya pun hanya 4 hari dengan suhu ruangan. Dapat pula disimpan di kulkas agar dapat bertahan sedikit lebih lama. Kecuali untuk roti horn atau kue soes karena bahan isiannya mayoritas adalah susu,” bebernya.
Untuk tempat usaha, imbuh Wahyu dari awal mula sampai sekarang masih di tempat yang sama. Saat ini dijalankan oleh anak-anak dan menantu sebagai generasi ke-3 tapi tetap dengan komitmen yang sama dengan maksud dari pendirian awalnya.
“Nama Sidodadi itu ada unsur bahasa Jawa. Karena istri dari Bapak Hiendrawan Kosasih merupakan keturunan yang berasal dari Jawa Tengah. Arti dari nama Sidodadi itu, Sido Dadi yaitu sudah jadi semakin jadi,” ungkapnya.
Untuk jam operasional, toko roti ini buka setiap hari pada pukul 10.30-18.00 WIB. Sedangkan untuk pemesanan menyesuaikan waktunya, bisa menghubungi langsung atau pantau instagram @toko_sidodadi_bandung.