Kolaborasi ITB dan warga lokal ini mencakup pelatihan tentang standar operasional prosedur (SOP) untuk Good Agriculture Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP). Edukasi ini bertujuan meningkatkan kualitas budidaya dan pengolahan kopi, yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan nilai jual produk.
“Kami di sini sangat senang, ternyata tim dari ITB kembali lagi ke sini untuk meneruskan obrolan dulu mengenai desa wisata di Desa Tolajuk ini,” ujar Kepala Desa Tolajuk Baddarudin dalam keterangannya.
Sementara itu, Muktabar, Sekretaris Desa Tolajuk sekaligus petani mengakui jika dahulu pola dan sistem tanam yang dilakukan oleh warga desa masih mengikuti cara tradisional. Posisi Desa Tolajuk yang ‘bak mutiara terpendam’ di kaki bukit Gunung Latimojong belum banyak dilirik oleh pihak luar.
“Kami menanam dari dulu begitu-begitu saja, seperti yang sudah dilakukan sejak lama oleh orang tua,” ujar Muktabar.
“Sulit penyuluh datang ke sini untuk mengajarkan,” sambungnya.
Mimpi Desa Tolajuk untuk menjadi desa wisata unggulan, memerlukan kolaborasi dari banyak pihak.Termasuk para petani, aparatur desa, serta Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), sehingga tercipta ekosistem pengelolaan kopi yang profesional.
Diskusi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah kecamatan Latimojong, Dispusarsip dan Dinas Pariwisata Kabupaten Luwu serta perusahaan tambang PT Masmindo Dwi Area, menjadi tonggak penting dalam perjalanan Tolajuk menjadi desa wisata unggulan.
Camat Latimojong Drs Nur Agam mendukung secara penuh program ini. Ia berharap perencanaan ini bisa diadopsi di desa-desa lainnya di Kecamatan Latimojong.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini