Pertama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah swt Dzat yang tak henti-hentinya melimpahkan karunia dan nikmat-Nya kepada kita semua, termasuk nikmat taufik, hidayah, dan nikmat berjamaah seperti sekarang ini.
Shalawat teriring salam semoga tercurah kepada Baginda Alam, Habibana Muhammad saw. Shalawat dan salam juga semoga terlimpah kepada para sahabat, para tabiin, tabi’ tabiin-nya, hingga kepada kita semua selaku umatnya.
Tak lupa melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat khusus kepada diri sendiri, umumnya kepada jamaah Jumat sekalian, marilah kita sama-sama meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Sebab, hanya bekal takwa, kita bisa lebih memaksimalkan ketaatan kita kepada-Nya dan menjauhkan diri dari segala bentuk larangan-Nya.
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Setiap amal ibadah yang kita tunaikan, hendaknya dilatarbelakangi dengan keikhlasan karena Allah. Hal ini sejalan dengan perintah Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Bayyinah ayat 5:
وَما أُمِرُوا إِلَاّ لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفاءَ
Artinya: “Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah),”
Dijelaskan oleh para ulama tafsir, Imam Muqatil bin Sulaiman dalam Tafsir Al-kabir-nya, maksud dari kata mukhlisin dalam ayat ini adalah mentauhidkan Allah swt. Konsekuensinya, setiap amal yang kita tunaikan pun tidak ditujukan kepada siapa pun kecuali kepada-Nya. Tidak ada yang diharapkan selain ridha-Nya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini