Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Di samping harus beramal dengan ikhlas, kita juga harus menjaga amal kita dari segala hal yang merusak pahala dan balasannya. Sebab sungguh rugi kita, sudah beramal, namun tidak ada nilainya di hadapan Allah.
Sebagaimana yang sering khatib sampaikan, di antara hal yang menggugurkan dan menjadi penghapus pahala amal kita adalah penyakit riya dan hasud. Sifat riya artinya perasaan hati di mana kita beramal seraya mengharapkan penilaian dan penglihatan makhluk.
Makanya, penyakit riya ini disebutkan oleh Rasulullah saw sebagai syirik kecil bahkan penyakit yang paling dikhawatirkan dari umatnya. Hal itu sebagaimana yang terungkap dalam hadits:
إنَّ أخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ الرّياءُ يَقُولُ اللَّهُ يَوْمَ القيَامَةِ إِذا جَزَى النّاسَ بأَعْمالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاؤُونَ فِي الدُّنْيا فانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً
Artinya: “Perkara yang paling aku takutkan dari kalian adalah syirik kecil, yaitu riya. Kelak pada hari kiamat, saat membalas amal-amal manusia, Allah akan berkata, ‘Pergilah kalian kepada orang-orang yang dahulu sewaktu di dunia kalian harapkan pahalanya! Perhatikanlah apakah kalian melihat ada balasan pada mereka?’” (HR. Ahmad).
Berikutnya, perusak pahala amal kita adalah sifat hasud. Artinya, perasaan kotor dalam hati kita yang menginginkan hilangnya nikmat yang ada pada orang lain. Salah satu cara untuk mengidentifikasi penyakit ini dalam hati kita adalah adanya rasa sedih saat melihat orang lain senang, sebaliknya senang jika melihat orang lain sedih. Jika masih ada sifat itu berarti hati kita masih dihinggapi sifat hasud sehingga harus segera dibersihkan.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini