Uniknya, anjuran Hadratussyekh ini terbukti melalui penelitian ilmiah dengan kategori meta analisis terhadap efek pernikahan sepupu terhadap kesehatan anak yang lahir dari pernikahan itu.
Secara khusus, pernikahan dengan sepupu telah diteliti di berbagai belahan dunia. Di dalam penelitian ada istilah pernikahan dengan sepupu pertama dan pernikahan dengan sepupu kedua. Sepupu pertama diartikan sebagai orang yang memiliki kakek-nenek yang sama, sedangkan sepupu kedua diartikan sebagai orang yang memiliki buyut yang sama. Kekerabatan dengan sepupu pertama tentu lebih dekat daripada level kekerabatan dengan sepupu kedua.
Penelitian meta analisis yang diketuai oleh Poororajal dan timnya memasukkan 24 dari 3941 studi yang diambil, dengan 44.131 peserta. Penelitian itu menunjukkan bahwa Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) berhubungan secara signifikan dengan pernikahan sepupu pertama dan tidak signifikan dengan pernikahan sepupu kedua (Poorolajal dkk, 2017, Effect of Consanguinity on Low Birth Weight: A Meta-Analysis, Arch Iran Med, 20(3): halaman 178-184).
Lebih lanjut, penelitian itu juga mencermati bahwa bayi yang lahir dari pernikahan dengan kerabat yang dekat memiliki resiko berat badan lahir rendah. Bayi yang lahir dari perkawinan dengan sepupu pertama memiliki berat badan 144 gram lebih rendah daripada bayi yang berasal dari perkawinan bukan kerabat dekat. Artinya, apabila berat badan bayi yang lahir rendah, maka bayi tersebut rentan mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti stunting.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini