Pemisahan antara masalah nasab dan masalah perilaku juga menjadi poin penting dalam menyikapi polemik ini. Menurut Ustaz Adi Hidayat, ada baiknya persoalan nasab ditempatkan di ranah ilmiah yang dapat diuji secara komprehensif.
Sementara itu, masalah perilaku dan etika oknum tertentu, jika memang terjadi penyimpangan, harus ditangani secara internal oleh pihak yang terkait. Bila penyimpangan tersebut masuk dalam ranah hukum, maka harus diproses sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia.
Kesadaran akan sensitifitas nasab dalam pandangan Islam juga perlu ditingkatkan. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dzar Al-Ghifari, jika nasab yang benar sengaja diputus, resikonya adalah kufur.
Begitu pula dengan hadis lain yang intinya ialah jika seseorang menisbatkan dirinya kepada nasab yang bukan haknya, tempatnya adalah neraka. Ini adalah persoalan yang sangat serius dan tidak boleh ditarik ke ranah publik tanpa pengujian yang benar.
Polemik ini seharusnya tidak dijadikan ajang untuk mencela atau merendahkan pihak lain. Sebaliknya, mari tempatkan persoalan ini dalam ranah yang tepat, dengan cara yang bijak, dan berlandaskan pada nilai-nilai ilmiah dan etika.
Hanya dengan begitu, kata Ustaz Adi Hidayat, dapat menghindari perpecahan dan menjaga kerukunan di tengah masyarakat yang semakin kompleks ini.
“Semua bersatu membangun negeri. Tepikan yang kurang baik mulai berbenah menjadi lebih baik dan semoga Allah mengampuni kita semua dan menyatukan dalam satu barisan satu, (yaitu) barisan di bawah Panji umat Nabi Muhammad SAW,” tandasnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini