Kita senantiasa bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang kita terima hingga hari ini. Syukur bisa menambah kekuatan atas perasaan kita yang lemah. Puncak dari syukur yang melekat dalam diri kita akan membawa kita pada surga yang dijanjikan Allah SWT.
Allah menyebutkan dalam Al Quran:
وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ ࣖ
Wa Amma bini’mati rabbika fahaddits.
Artinya: “Dan terhadap nikmat Rabb-mu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).
Mudah-mudahan kehidupan kita sampai hari ini diterima Allah SWT sebagai amal saleh.
Puasa hendaklah dijadikan titik ulang untuk menyemai kembali rasa syukur kita akan segala sesuatu. Diawali dengan kebutuhan pokok (makanan dan minuman), kemudian berlanjut ke berbagai hal. Tapi sebelum itu, kita harus memahami terlebih dahulu, apa itu syukur .
Dalam kitab Bashaa’ir Dzawii al-Tamyiiz fî Lathaaif al-Kitaab al-‘Aziiz, Imam Majduddin Muhammad bin Ya’qub al-Fairuzabadi membagi syukur dalam tiga kategori.
Syukur terdiri dari tiga tipe:
1. Syukur dengan hati, yaitu pembayangan (atau penggambaran) nikmat (dalam hati).
2. Syukur dengan lisan, yaitu pujian kepada pemberi nikmat.
3. Syukur dengan anggota tubuh lainnya, yaitu membalas kenikmatan dengan kadar (atau derajat) yang pantas (didapatkan tubuh).
Sayyidina Muhammad bin Ka’bal-Qurdhi, mengatakan, “Syukur adalah bertakwa kepada Allah dan (melakukan) amal saleh.”
Bulan Ramadan merupakan saat terbaik untuk menghadirkan rasa syukur secara nyata. Kita merasai dan melekatkannya dalam kehidupan kita. Karena pada dasarnya, jika penjiwaan syukur telah tertanam, segala hal yang kita kerjakan merupakan ungkapan syukur atas nikmat-Nya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini