bukamata.id – Perjalanan waktu atau time travel, baik ke masa depan atau masa lalu, ternyata bisa dilakukan tanpa menimbulkan paradoks.
Paradoks ini menggambarkan dilema jika seseorang kembali ke masa lalu untuk mencegah kelahiran orang tuanya, bagaimana ia bisa ada untuk melakukan perjalanan tersebut.
Penelitian oleh Germain Tobar dari Universitas Queensland, Australia, menunjukkan bahwa paradoks tersebut mungkin bisa dihindari.
Pada 2020, Tobar mengajukan gagasan bahwa ruang-waktu mampu beradaptasi untuk mencegah inkonsistensi. Dengan kata lain, meskipun tindakan di masa lalu dapat memengaruhi peristiwa, hasil akhirnya tidak akan mengganggu kesinambungan sejarah.
“Seberapa pun Anda berusaha menciptakan paradoks, peristiwa-peristiwa akan selalu menyesuaikan diri, untuk menghindari ketidakkonsistenan,” kata Fabio Costa, pembimbing Tobar, melansir Science Alert.
Tobar memberi contoh, saat seseorang kembali ke masa lalu untuk menghentikan penyebaran penyakit, penyakit itu mungkin tetap menyebar melalui jalur lain. Dengan demikian, peristiwa tetap terjadi, dan tidak ada paradoks yang tercipta.
Teori ini menunjukkan bahwa apa pun yang dilakukan penjelajah waktu, kenyataan akan selalu menyesuaikan untuk menjaga koherensi.
Penelitian ini didasarkan pada matematika kompleks yang menggabungkan konsep proses deterministik dengan closed time-like curves (CTC), sebagaimana diprediksi oleh teori relativitas Einstein. Fabio Costa, pembimbing Tobar, menjelaskan bahwa hasil penelitian ini mendukung kebebasan bertindak dalam perjalanan waktu tanpa melibatkan paradoks.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini