Meski gagal nyetadion untuk mendukung Persib, Rachmat memastikan, ia akan menyaksikan pertandingan malam nanti lewat layar kaca.
Soal nyetadion, Rachmat punya kenangan saat menyaksikan pertandingan final paling ikonik sepanjang sejarah antara Persib dan PSMS pada Kompetisi Perserikatan 1985 di Stadion Utama Senayan Jakarta.
“Saat itu, saya sampai tidak kebagian tempat duduk meski memegang tiket karena penonton sangat membludak. Saya terpaksa nonton bergerombol di bawah (tepi lapangan, red),” kenangnya.
Karena tuntutan pekerjaan, Rachmat mengaku terakhir kali menyaksikan langsung pertandingan Persib di stadion pada dekade 1990-an. Sebagai diplomat, Rachmat lebih sering berada di luar negeri. Kendati demikian, ia memastikan tak pernah lupa ngabobotohan Persib.
Hanya saja, ia mengaku kecewa dengan ulah oknum pendukung sepak bola saat ini yang kerap membuat kericuhan di stadion. Padahal dulu, kenangnya, ketika Persib selalu kalah dari PSMS dalam dua pertandingan final, tidak pernah berbuntut kericuhan.
“Semua terasa aman, nyaman dan menyenangkan. Sekarang tidak sedikit oknum pendukung yang cenderung berperilaku berlebihan,” keluhnya.
Karena itu, ia berharap, Bobotoh sejati sebaiknya bersikap terukur, baik saat menang maupun kalah.
“Persibjuga harus terus meningkatkan kualitasnya. Sepanjang bermain baik dengan sepenuh hati, Bobotoh pasti akan terus mendukung dalam suasana apapun,” tuturnya.
Sebagai Bobotoh, Rachmat memang Persib banget. Sebab, ia mengaku tidak mengidolakan pemain Persibsecara khusus. “Saya suka Persib sebagai tim, bukan perorangan,” ucap Rachmat memberikan alasan.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini