Selain itu, pihaknya juga menemukan modus doxing dalam aksi demonstrasi kemarin. Hanya saja, modus baru tersebut memang tidak ditargetkan kepada wartawan.
“Kemudian juga kita menemukan satu jenis modus baru, tapi bukan buat wartawan. Ini kebetulan untuk peserta aksi, modus yang berupa doxing di mana di media sosial itu muncul. Namun kita melihat bahwa itu ada kemungkinan ke jurnalis nantinya kalau ada berita-berita, kan muka-mukanya banyak tuh,” bebernya.
Berdasarkan cerita dari para jurnalis di lapangan, kata Nani, bahwa wartawan ini menjadi target kekerasan dari aparat kepolisian.
“Dengan adanya cerita dari teman-teman Tempo, IDN Times, Narasi itu menunjukan bahwa wartawan bukannya dilindungi dalam aksi tersebut malah justru lebih disorot dan ditarget. Jurnalis dianggap massa,” katanya.
Menurutnya, hal ini harus menjadi bahan evaluasi bagi instanstasi terkait dalam hal ini Polri, bagaimana kedepannya para jurnalis ini bisa mendapatkan jaminan keamanan dan keselamatan selama proses peliputan.
“Ini juga menjadi salah satu hal yang kami pikir perlu diperhatikan. Tidak ada atensi untuk melindungi jurnalis karena aparat itu melakukan sapu bersih, jadi ini saya pikir menjadi PR kedepannya bagaimana. Apalagi kalau kedepan demo semakin besar itu semakin mengerikan tentu saja,” bebernya.
Oleh karena itu, pihaknya pun meminta kepada pemerintah khususnya aparat keamanan untuk benar-benar menjamin keselamatan para jurnalis di lapangan. Pasalnya, para aparat yang bertugas di lapangan saat aksi demonstrasi, mereka adalah anggota-anggota muda yang gampang terprovokasi.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini