bukamata.id – Berdasarkan laporan Provinsi Jawa Barat, hingga saat ini sudah tercatat 7.654 dengan 71 kematian kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jabar.
Dari laporan tersebut diketahui, 7.654 kasus tersebar di 27 kabupaten/kota di Jabar. Dari sebaran tersebut ada 3 kabupaten/kota yang kasus DBD nya tertinggi di Jabar.
Ketiga kabupaten/kota tersebut diantaranya, Kota Bogor dengan 848 kasus, Kabupaten Bandung Barat dengan 840 kasus, dan Kabupaten Subang dengan 691 kasus.
Atas tingginya kasus DBD di Jabar tersebut, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar, dr Rd Vini Adiani Dewi mengatakan, jika dibandingkan tahun 2023, secara jumlah tahun ini mengalami peningkatan kasus.
Vini Adiani Dewi juga mengatakan terkait penyebab risiko penularan DBD menjadi lebih tinggi di Jabar, yakni salah satunya disebabkan oleh El Nino. Kondisi di mana suhu panas dan kering diikuti La Nina yang disertai hujan. Kondisi tersebut mempengaruhi perkembangan tempat perindukan nyamuk dan penetasan telur.
“DBD ini sebenarnya penyakit sepanjang tahun. Peningkatan DBD ini dipengaruhi perubahan iklim cuaca, kemarin El Nino dan sekarang La Nina basah. Ketika perubahan iklim dari panas ke hujan, lalu hujan ke panas, maka akan meningkat karena banyak genangan air sehingga biasanya DBD ini terjadi di Januari, Februari, Maret April lalu turun di Juli, Agustus, dan September,” ujar dr Vini dalam Beja atau Bewara Jawa Barat di Aula Barat Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (8/3/2024).
Untuk mengantisipasi tingginya kasus DBD di Jabar, Vini mengimbau masyarakat agar tidak membiarkan ada genangan air sedikit pun karena telur nyamuk dapat menetas meski hanya setitik air.
“Perhatikan di lingkungan kita jangan sampai ada tempat yang dapat menjadi genangan air bersih atau air hujan, misalnya penampungan air dispenser, genteng juga, kan ada mangkok juga,” ujarnya.
Selain itu, Vini juga telah membuat surat edaran pada akhir tahun kemarin kepada 27 kota kabupaten untuk meningkatkan edukasi ke masyarakat untuk melakukan 3M plus.
“Selain itu ke RS (rumah sakit) dan juga puskesmas untuk kewaspadaan. Lalu peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan masyarakat,” tandasnya.