bukamata.id – Menjelang bulan Ramadhan, sudah menjadi tradisi mayoritas umat Islam di Indonesia melakukan ziarah kubur. Tradisi satu ini sering kali disebut nyekar oleh masyarakat.
Lantas, bagaimana asal-usul dan hukum ziarah kubur jelang Ramadhan dalam Islam? Dilansir dari laman NU Online, simak ulasannya berikut ini.
Pada awalnya, ziarah kubur tidak diperbolehkan Rasulullah. Namun, seiring berjalannya waktu bersamaan dengan keimanan umat kala itu kian kuat, Rasulullah kemudian memperbolehkan ziarah kubur. Alasan pelarangan semula akhirnya dinilai sudah tidak kontekstual lagi.
Dahulu, kondisi keimanan mereka pada saat itu yang masih lemah. Serta kondisi sosiologis masyarakat Arab masa itu yang pola pikirnya masih didominasi dengan kemusyrikan dan kepercayaan kepada para dewa dan sesembahan.
Rasulullah saw mengkhawatirkan terjadinya kesalahpahaman ketika mereka mengunjungi kubur baik dalam berperilaku maupun dalam berdoa.
Keterangan Rasulullah SAW yang bisa kita temukan dalam Sunan Turmudzi no 973.
حديث بريدة قال : قال رسول الله صلى الله علية وسلم :”قد كنت نهيتكم عن زيارة القبور فقد أذن لمحمد في زيارة قبر أمه فزورها فإنها تذكر الآخرة”رواة الترمذي (3/370)
Artinya: “Hadits dari Buraidah ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda “Saya pernah melarang berziarah kubur. Tapi sekarang Muhammad telah diberi izin untuk berziarah ke makam ibunya. Maka sekarang berziarahlah! karena hal itu dapat mengingatkan kamu kepada akhirat,”
Diperbolehkannya ziarah kubur dalam hadits di atas dengan illat (alasan) ‘tazdkiratul akhirah’ yaitu mengingatkan kita kepada akhirat. Oleh karena itu dibenarkan berziarah ke makam orang tua dan juga ke makam orang saleh dan para wali.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini