Close Menu
Bukamata.idBukamata.id
  • Beranda
  • Berita
  • Gaya Hidup
  • Olahraga
  • Persib
  • Index
Terbaru

CLBK, Rachmat Irianto Resmi Pulang ke Persebaya

Rabu, 18 Juni 2025 17:00 WIB

Gempa Magnitudo 4,8 Guncang Garut, BMKG Pastikan Tak Berpotensi Tsunami

Rabu, 18 Juni 2025 16:30 WIB

Jaga Kondisi di Tengah Liburan, Pemain Muda Persib Serius Siapkan Diri untuk Maung Bandung

Rabu, 18 Juni 2025 15:30 WIB
Facebook X (Twitter) Instagram
Terbaru
  • CLBK, Rachmat Irianto Resmi Pulang ke Persebaya
  • Gempa Magnitudo 4,8 Guncang Garut, BMKG Pastikan Tak Berpotensi Tsunami
  • Jaga Kondisi di Tengah Liburan, Pemain Muda Persib Serius Siapkan Diri untuk Maung Bandung
  • Kaget Ada Kasino Berkedok Tempat Futsal, Wali Kota Bandung Akui Kecolongan
  • Anies Baswedan di Forum Cendekia Unisba: Dosen Harus Jadi Teladan di Era AI
  • Purwakarta Siaga: Tanah Bergerak Terus Meluas, Warga Dilarang Mendekat
  • Cegah Guru Dipidana, Dedi Mulyadi Wajibkan Orang Tua Bikin Surat Pernyataan
  • Dukung Pekerja Aman dan Terlindungi, BPJS Ketenagakerjaan Hadir di Job Fair Bandung 2025
Facebook Instagram YouTube X (Twitter)
Bukamata.idBukamata.id
Rabu, 18 Juni 2025
  • Beranda
  • Berita
  • Gaya Hidup
  • Olahraga
  • Persib
  • Index
Bukamata.idBukamata.id
Home»Berita

Dirjen IKP Kemenkominfo Ungkap Ironi di Balik Perkembangan AI

Putra JuangKamis, 28 Maret 2024 19:40 WIB
Artificial Intelligence. (Foto: net)

bukamata.id – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) rupanya menimbulkan sebuah ironi bagi peradaban manusia itu sendiri.

Begitu disampaikan Dirjen IKP Kemenkominfo, Usman Kansong dalam diskusi bertajuk ‘Pers, Artificial Intelligence, dan Problem Penegakan Kode Etik Jurnalistik: Bagaimana Solusinya?’ di Hall Dewan Pers, Kamis (28/3/2024).

Menurut Usman, ironi teknologi kecerdasan buatan atau AI salah satunya terjadi di Korea Selatan. Dimana sebanyak tiga presenter dalam sebuah stasiun televisi dipecat dan digantikan oleh virtual presenter.

“Ini ironi bagi saya dalam dunia AI. Dulu sampai sekarang sering disampaikan ga mungkin manusia digantikan oleh AI karena manusia itu punya emosi, cinta, kasih. Tapi justru karena manusia punya emosi itu maka dia makin cepat digantikan oleh AI,” ucap Usman.

Baca Juga:  STEI ITB Gelar Kuliah Umum Filsafat Sains AI, Maksimalkan Potensi AI dan Minimalisir Risiko

Persoalan lain dari perkembangan AI ini, kata Usman, yakni teknologi kecerdasan buatan justru ‘membunuh’ banyak pekerjaan.

“Ironi kedua, AI membunuh banyak pekerjaan. Jadi tadi istilah meringkas pekerjaan itu kata lainnya membunuh banyak pekerjaan,” ujarnya.

Kemudian buruknya perkembangan teknologi kecerdasan buatan pada bidang media, kata Usman, adalah dalam segi penulisan berita yang dituntut untuk sesuai dengan algoritma.

“Kita ini sekarang ditengah maraknya teknologi digital, menulis berita itu di-drive oleh algoritma. Algoritma itu AI, dasarnya AI itu ya algoritma dan ketika menulis di-drive oleh algoritma maka kita menghasilkan jurnalisme umpan klik atau clikbait,” jelasnya.

Baca Juga:  Viral Aksi Dirlantas Polda Sulteng Lecehkan Wartawan, Klaim Kasus Berakhir Damai

Usman mencontoh, saat ini penulisan berita harus dikaitkan dengan kata kunci Mahkamah Konstitusi (MK). Sebab,

“Contohnya ada berita tentang kosmetik, jangan lupa pakai kosmetik A kalau Anda mau menghadiri sidang di MK supaya tetap terjaga kecantikannya. Padahal ga ada urusannya sama MK tapi karena sekarang lagi rame-rame menuntut pemilu maka dipaksa-paksakanlah berita itu ditulis yang ada unsur MK. Itu yang namanya clickbate journalism,” tuturnya.

Menurutnya, budaya umpan klik atau clikbait ini akan menciptakan budaya rebahan di kalangan wartawan.

“Jadi wartawan itu instan, jadi budaya instan di kalangan wartawan yang menulis berita di-drive oleh algoritma bukan di-drive oleh kebijakan redaksional jadinya,” ungkapnya.

Baca Juga:  Pesan Haedar Nashir: Bermedia dan Mencari Ilmu Harus Seperti Mata Elang

Oleh karena itu, saat ini banyak wartawan yang menulis berita tidak lagi untuk manusia namun untuk data.

“Jadi kan oleh si algoritma ini perilaku membaca kita pada hari itu yang gemar membaca segala berita yang ada unsur MK itu diubah jadi data,” imbuhnya.

Padahal, lanjut Usman, dalam menulis sebuah berita harus memenuhi tiga unsur penting, Yakni agency, dignity dan hope.

“Jadi berita kita mestinya kalau beritanya untuk manusia itu mengandung tiga unsur itu, kita ini di era teknologi ini yang tersisa cuman harapan, bahkan harapan kita digantungkan kepada mesin,” tandasnya.

Ai Artificial Intelligence Dirjen IKP Kemenkominfo kecerdasan buatan media Usman Kansong wartawan
Share. Facebook Twitter WhatsApp

Jangan Lewatkan

Gempa Magnitudo 4,8 Guncang Garut, BMKG Pastikan Tak Berpotensi Tsunami

Rabu, 18 Juni 2025 16:30 WIB

Kaget Ada Kasino Berkedok Tempat Futsal, Wali Kota Bandung Akui Kecolongan

Rabu, 18 Juni 2025 14:30 WIB

Anies Baswedan di Forum Cendekia Unisba: Dosen Harus Jadi Teladan di Era AI

Rabu, 18 Juni 2025 14:13 WIB

Purwakarta Siaga: Tanah Bergerak Terus Meluas, Warga Dilarang Mendekat

Rabu, 18 Juni 2025 14:00 WIB

Cegah Guru Dipidana, Dedi Mulyadi Wajibkan Orang Tua Bikin Surat Pernyataan

Rabu, 18 Juni 2025 13:31 WIB

Dukung Pekerja Aman dan Terlindungi, BPJS Ketenagakerjaan Hadir di Job Fair Bandung 2025

Rabu, 18 Juni 2025 13:10 WIB
Terpopuler

3 Spot Hidden Gem Bandung Buat Healing di Akhir Pekan

Kamis, 12 Juni 2025 06:00 WIB

Rekomendasi Wisata Bogor Terbaru dan Terpopuler: Cocok untuk Liburan Keluarga dan Pasangan

Sabtu, 14 Juni 2025 16:34 WIB

Wisata Alam Purwakarta yang Lagi Viral: Lokasi, Harga Tiket & Tips Berkunjung

Minggu, 15 Juni 2025 08:04 WIB

Wisata Bandung Hits 2025: Rekomendasi Liburan Keluarga & Pasangan

Rabu, 11 Juni 2025 02:00 WIB

Wisata Garut Paling Populer 2025: Mulai dari Gunung Sampai Pantai

Sabtu, 14 Juni 2025 01:00 WIB
Facebook Instagram YouTube
Bukamata.id © 2025
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.