Untuk mewujudkan zero sampah yang dibuang ke TPA Sarimukti, kata Chanifah, pihaknya juga tengah membangun dua tempat yang akan dijadikan lokasi Refuse-derived fuel (RDF) plant, yang merupakan bantuan dari pemerintah pusat.
Lokasinya berada di wilayah Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi. Nantinya di dua lokasi tersebut diperkirakan akan bisa mengolah sampah hingga 50 ton per harinya.
“Yang terakhir kita juga harus menyiapkan untuk cacah daun,” ujarnya.
Chanifah menjelaskan, hasil sampah organik yang sudah diolah di beberapa lokasi yang sudah menjadi bubur nantinya akan dimanfaatkan untuk pakan maggot, kemudian untuk komposting hingga biomassa. Sedangkan sampah anorganik yang memiliki nilai jual akan dikirim ke optaker-optaker, seperti Bank Samici.
“Untuk yang low value harus di treatment menjadi RDF plant. Itu nanti yang jelas di Santiong akan ada dua mesin untuk RDF plant,” jelasnya.
Terakhir, pihaknya juga sedang mencari solusi yang tepat untuk mengolah sampah residu. Meskipun saat ini sudah memiliki incinerator di TPS Cibeber untuk menangani sampah residu yang setiap hariinya mencapai 20 persen dari total produksi sampah yang mencapai 226 ton setiap harinya.
“Tentang incinerator harus hati-hati, ada syarat-syaratnya. Kami kemarin sudah menjajaki dengan BNPB akan dibantu. Kalau itu terealisasi berarti residu akan diselsaikan,” tuturnya.
Ia menambahkan, dengan berbagai langkah yang sudah dipersiapkan tersebut pihaknya meyakini target nol sampah yang dibuang ke TPA nantinya akan terealisasi.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini