bukamata.id – Inisiator relawan Sahabat Mahfud dan pendiri Bandung Interactive Hub Balad Uwa Mahfud (BIH-BUM), Iwan Setiawan, soroti beberapa indikasi kecurangan yang terjadi selama Pemilu 2024.
“Kacida!” itulah kata pertama yang dikeluarkan Iwan Setiawan ketika ditanya media soal penyelenggaraan Pemilu 2024 maupun kondisi pasca-pencoblosan.
Kacida adalah idiom Sunda yang berarti “terlalu” atau “keterlaluan”. Kata tersebut muncul saat ia menyimpulkan proses Pemilu yang tengah terjadi.
“Saya pernah sampaikan ke media, bahwa ‘Rombongan Sirkus’ ini sudah sangat kuat dari awal dengan segala upaya dan tipu-dayanya dengan satu tujuan: kudu menang! Segala nikmat Allah SWT yang dikaruniakan kepada umat manusia, seperti rasa malu, tampaknya telah diabaikan. Semuanya telah dipertontonkan secara terbuka dan zhalim,” kata Iwan.
lalu Iwan menyentil Film Dirty Vote, yang menurutnya merupakan potret sesungguhnya dari apa yang terjadi saat ini. ia menilai film ini akan menjadi bahan dokumentasi sebagai cerita kepada anak cucu kelak, bahwa telah terjadi sejarah kelam demokrasi di Republik ini.
Selain itu, ia juga menyeret sistem soal penghitungan suara yang dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai salah satu indikasi kecurangan Pemilu.
“Yang ramai menjadi perhatian masyarakat pasca-Pemilu saat ini adalah munculnya benda ajaib yang bernama SIREKAP. Saya rasa perlu dilakukan audit forensik terhadap sistem ini, sehingga tahu siapa bandar di baliknya. Mungkin saya gak perlu mengomentari panjang lebar benda ajaib ini, karena manusia manapun yang merasa punya otak waras tahu siapa yang diuntungkan dengan sistem yang ngawur ini. By design? Wallahualam,” tandasnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini