Dia menyebut, ada 10 indikator yang mempengaruhi kenaikan dan penurunan inflasi di Kabupaten Bandung.
“Kemarin pasca Pemilu, kita memang salah satu sektor perindustrian masih lambat, dan juga bulan Mei dan Juni 2024 lalu ada tiga komoditas yang kurang, yaitu bawang merah, bawang putih dan minyak goreng atau minyak curah,” sebutnya.
Sehingga, Pemkab Bandung melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, dan OPD lainnya menggerakkan semua potensi dan kekuatannya.
“Alhamdulillah pada hari ini, inflasi Kabupaten Bandung stabil lagi 2,24 persen,” ujarnya.
Dikatakan Dadang, tentu penurunan inflasi ini bukan hasil kerja sendiri. Tetapi hasil kerja dan kolaborasi semua pihak.
“Mudah-mudahan kita selalu bisa menjaga dan kita menghaturkan terima kasih kepada para pedagang Pasar Sehat Soreang dan sekitarnya yang sudah bisa bekerjasama dengan kami dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. Sehingga HET (harga eceran tertinggi) bisa terkendali,” tuturnya.
“Alhamdulillah, saya mendapatkan kabar dari Menteri Pertanian pun bahwa harga gabah ada peningkatan, sehingga pasar sudah mulai stabil. Dan termasuk sudah ada harga HET yang sudah ditentukan oleh pemerintah,” tambahnya.
Dadang mengatakan, ada beberapa komoditi yang masih fluktuatif. Meski begitu, dirinya bersyukur karena Kabupaten Bandung mempunyai para petani yang andal, dan juga memiliki lahan pertanian yang cukup luas.
“Maka hal ini salah satu motivasi bagi para petani untuk terus bisa melakukan pertaniannya. Ada intervensi anggaran dari pemerintah setiap tahunnya, yaitu memberikan subsidi atau hibah. Ini salah satu kolaborasi yang sangat luar biasa dan mudah-mudahan dengan adanya program Ki Pinter Bedas sebagai salah satu program inovasi daerah Kabupaten Bandung,” bebernya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini