bukamata.id – Viral di media sosial, sejumlah warga Kampung Gunung Aseupan, Desa Karamatmulya, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, melakukan aksi protes dengan mendatangi Pondok Pesantren Santri Sinatria pada Sabtu (17/5/2025) sekitar pukul 11.00 WIB.
Dalam aksi tersebut, warga sempat melakukan perusakan dan membakar sejumlah material bangunan milik pesantren.
Kapolsek Soreang, Kompol Oeng Hoeruman, membenarkan insiden tersebut. Ia menyebutkan bahwa petugas kepolisian segera turun ke lokasi untuk meredam situasi dan mencegah aksi massa berkembang menjadi anarkis.
“Begitu mendapat informasi, kami langsung menuju lokasi untuk mengamankan situasi dan mengimbau warga agar tidak bertindak melampaui batas hukum,” ujar Kompol Oeng, dikutip dari Instagram @infokabupatenbandung, Minggu (18/5/2025).
Menurutnya, yang dibakar warga hanyalah pagar bambu yang sudah rusak serta beberapa kayu bangunan. Aksi lebih lanjut berhasil dicegah sebelum bangunan utama ponpes turut menjadi sasaran.
“Kami pastikan tidak ada bagian bangunan utama yang dirusak. Petugas cepat meredam aksi agar tidak membahayakan penghuni pesantren, karena di dalam masih ada para pengurus dan santri,” ungkapnya.
Kompol Oeng juga menambahkan bahwa pelaku utama yang menjadi pemicu kemarahan warga telah diamankan pihak berwajib. Hal ini diharapkan dapat meredakan ketegangan yang terjadi di lingkungan tersebut.
Sebelumnya diberitakan, pimpinan Pondok Pesantren Pesantren Santri Sinatria di Soreang, Kabupaten Bandung, berinisial RR, dilaporkan telah mencabuli lebih dari lima santriwati yang berusia antara 14 hingga 19 tahun sejak tahun 2023.
Dari informasi yang dihimpun, modus yang digunakan pelaku disebut sangat sistematis dan terencana.
RR diduga memanipulasi ajaran agama dengan memelintir kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam ceramahnya, untuk membungkam pertanyaan atau keraguan dari para korban terhadap tindakan tidak senonoh yang dilakukan.
Aksi pencabulan disebut berlangsung berulang kali di beberapa lokasi, mulai dari kobong (asrama), rumah pribadi pelaku, hingga saung di lingkungan pesantren.