“Jadi sekarang ini brutal sekali, harus banyak inovasi dan trackpol harus terlibat, kalau tidak saya kira ini sangat berat,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah Demokrasi LP3ES, Wijayanto mengatakan, bahwa tujuan diselenggarakannya Sekolah Demokrasi ini adalah untuk melahirkan generasi demokrat yang setia pada nilai-nilai demokrasi.
“Sekolah Demokrasi kali ini kita berharap akan melahirkan generasi demokrat yang setia pada nilai-nilai demokrasi, pada institusi demokrasi,” ucap Wijayanto dalam sambutannya, Jumat (26/7/2024).
“Kita juga berharap bahwa Sekolah Perkaderan kali ini juga bisa melahirkan para kader pemimpin muda yang mampu menjawab berbagai tantangan zaman yang semakin kompleks dengan berbagai permasalahannya,” tambahnya.
Wijayanto menilai, Sekolah Demokrasi kali ini juga penting untuk lahirnya pemimpin muda dengan gagasan baru dan praktik-praktik politik baru di tengah gelombang disinformasi yang melanda dunia.
“Perubahan iklim, ancaman krisis ekonomi yang ada di dunia, penyalahgunaan AI, Cyber Crime, dan perang yang saat ini masih berlangsung tidak jauh dari sini antara Ukraina dan Rusia dan yang tetap bergejolak di Timur Tengah antara Israel dan Palestina, yang semuanya bisa mengancam masa depan umat manusia, jika kita tidak tangani dengan baik,” tuturnya.
Menurutnya, disinformasi dan hate speech inilah yang menjadi salah satu faktor membuat demokrasi mengalami kemunduran, melahirkan polarisasi politik, bahkan bisa berujung pada perang dan genosida seperti yang terjadi di Rwanda.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini