bukamata.id – Seorang pria bernama Suchir Balaji ditemukan tewas di sebuah apartemen di San Fransisco pada akhir November 2024 lalu. Kepolisian mengklaim jika mantan peneliti di OpenAI itu diduga bunuh diri.
Namun, berbagai teori konspirasi beredar di media sosial. Teori itu menyebut jika kematian Suchir Balaji ada kaitannya dengan pernyataannya soal skandal ChatGPT, chatbot AI besutan OpenAI.
Sebelum meninggal dunia, Suchir Balaji menuduh jika perusahaan kecerdasan buatan itu melakukan pelanggaran hak cipta dan praktik bisnis yang tidak etis.
Dalam sebuah wawancara dengan New York Times bulan Oktober, beberapa minggu sebelum kematiannya, Balaji menuduh jika OpenAI menggunakan materi berhak cipta tanpa izin untuk melatih ChatGPT.
OpenAi dituding mengambil sejumlah besar data digital dari internet tanpa memathui ketentuan penggunaan wajar untuk melatih model AI-nya.
Data ini diduga berisi konten dari situs web, buku dan materi berhak cipta lain yang dipakai untuk meningkatkan kemampuan AI bestuan OpenAI tersebut.
Balaji mengatkaan, praktik OpenAI ini menghancurkan sistem komersial individu, bisnis dan layanan internet. Menurutnya, model ChatGPT dapat menciptakan pengganti yang secara langsung bersaing dengan sumber data asli.
“Ini bukan model yang berkelanjutan untuk ekosistem internet secara keseluruhan,” katanya. Balaji juga menuduh OpenAI membuat salinan data berhak cipta yang tidak sah, serta membuat versi yang mirip dengan data asli.
“Hasilnya bukan salinan persis dari masukan, tapi pada dasarnya juga tidak baru. Terkadang ada keadaan di mana suatu keluaran tampak seperti masukan,” katanya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini