bukamata.id – Ketegangan antara Nurul Sahara, pemilik usaha rental mobil, dengan Imam Muslimin atau Yai Mim, mantan dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, memasuki babak baru. Setelah sekian lama konflik mereka dikaitkan dengan urusan lahan parkir, Sahara kini muncul membawa narasi berbeda yang mengguncang opini publik.
Dalam keterangannya, Sahara menegaskan bahwa sumber utama perselisihan bukanlah sekadar persoalan tempat parkir, melainkan dugaan pelecehan seksual yang ia alami dari Yai Mim.
“Jadi permasalahan utamanya itu sebenarnya bagi saya pribadi itu pelecehan seksual,” ujar Sahara melalui kanal YouTube Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi, Jumat (3/10/2025).
Ia mengaku, awalnya menganggap guyonan sang kyai sebagai hal ringan, namun lama-kelamaan terasa mengarah ke ranah pribadi. “Beliau itu menganggap saya dan teman-teman yang ada di garasi itu terlalu santai dalam menyikapi guyonan-guyonan beliau,” lanjutnya.
Sahara mengklaim sudah mengalami pelecehan verbal hingga empat kali.
“Sehingga dari situ mulailah beliau itu ada gurauan-gurauan yang mengarah ke ranah intim, sehingga saya merasa itu adalah pelecehan, bagi beliau bukan. Ada empat kali saya dilecehkan,” bebernya.
Sementara itu, Kuasa hukum Sahara, Zaky Chong, menjelaskan bahwa persoalan lahan parkir baru muncul setelah dugaan pelecehan terjadi. Namun Sahara memilih menahan informasi itu di awal demi menjaga nama baik Yai Mim.
“Sedari awal, Mbak Sahara datang ke kami, mengadukan persoalan itu yang berkaitan dengan pelecehan seksual itu. Yang sudah sampai empat kali, tiga kali verbal dan yang satu kali ada buktinya,” jelas Zaky dikutip dari kanal YouTube Cumi Cumi.
Menurutnya, upaya menahan laporan itu justru berbalik menjadi tekanan publik terhadap Sahara.
“Mari kita hargai kyai ini, namun ya harus tetap diberikan efek jera. Namun kami lebih memilih melaporkan pencemaran nama baik. Ternyata apa kami di-framming sedemikian rupa, sehingga insyaallah berkaitan dengan pelecehan seksual ini kami akan laporkan ke pihak yang berwajib,” ujarnya.
Parkir Mobil Hanya Pemicu Lanjutan
Sahara juga meluruskan narasi yang berkembang selama ini. Ia menyebut persoalan mobil HiAce yang terparkir di depan rumah Yai Mim hanyalah insiden teknis.
“Kalau untuk mobil HiAce yang panjang seusai di video, itu memang murni kesalahan dari saya sebagai penanggung jawab. Karena itu ada driver dari rental kami yang lain yang kemudian datang dari Jogja pada subuh hari. Otomatis kan beliau tidak tahu mau parkir di mana dan kembalikan ke siapa itu subuh pas azan,” terangnya.
Sahara menolak anggapan bahwa Yai Mim memiliki akses ke kendaraan rentalnya. Ia bahkan menegaskan baru mengenal Yai Mim sekitar tiga bulan, sejak sang kyai pindah ke lingkungan tersebut pada Maret 2025.
“Saya tidak sembarangan memberikan akses, fasilitas perusahaan termasuk kunci kepada orang lain. Saudara sendiri aja belum tentu saya kasih kepercayaan itu apalagi orang lain,” ujarnya.
Namun, klarifikasi Sahara tersebut memunculkan perdebatan sengit di ruang publik. Banyak komentar netizen yang justru lebih mempercayai Yai Mim.
“Dari aura dan nada bicaranya kok rasanya lebih percaya ke Yai Mim ya?” tulis seorang warganet.
“Dari sekian banyak komentar, semua mendukung Yai Mim,” tambah lainnya.
“Baru kali ini ada orang yang dilecehkan meminta maaf pada orang yang melecehkan, agak aneh sih,” ungkap netizen lain.
Dukungan Publik Masih Condong ke Yai Mim
Meski Sahara kini mengungkap dugaan pelecehan seksual sebagai akar persoalan, publik tampaknya belum berbalik mendukungnya. Beberapa konten klarifikasi Sahara bahkan menuai cibiran usai bertemu Dedi Mulyadi.
Hingga saat ini, opini publik masih condong ke pihak Yai Mim, meski Sahara sudah menyampaikan versinya secara terbuka. Babak baru perseteruan ini kini mengarah ke ranah hukum, setelah pihak Sahara menyatakan akan melaporkan dugaan pelecehan tersebut kepada kepolisian.
Versi Yai Mim: Dari Parkiran hingga Tuduhan Cabul
Sementara itu, Yai Mim dalam klarifikasinya tetap berpegang pada cerita awal: konflik dipicu oleh kebiasaan Sahara memarkir kendaraan rental di depan rumahnya. Puncak ketegangan terjadi pada 7 Agustus 2025 ketika karyawan Sahara tak kunjung bangun untuk memindahkan mobil, sehingga ia diminta Sahara untuk menggeser kendaraan itu sendiri.
Rosida, istri Yai Mim, menuturkan, “Saya telepon kedua kalinya, ‘Mbak ini anak-anak tetap gak bisa dibangunin’, terus Bu Sahara tetap (bilang), ‘bangunin Mbak sampai bisa’. Saya bangunin lagi untuk ketiga kalinya saya telepon dia ‘Mbak, ini anak-anak gak bisa dibangunin’, ‘yaudah kalau gitu pindahin sendiri ya mobilnya’.”
Insiden itu berbuntut panjang. Sahara yang terbangun karena suara mobil merasa terganggu dan memanggil suaminya, Sofian, untuk ikut memprotes. Namun, Yai Mim memilih meminta maaf, dan permintaan itu disambut baik Sahara saat itu.
Konflik kemudian meluas ketika Sahara menuduh Yai Mim melakukan tindakan cabul. Tuduhan ini muncul saat Sahara datang ke rumah Yai Mim saat istri sang kyai sedang berhaji. Ia mengunci pintu rumah dari dalam dan tiba-tiba berteriak menyebut Yai Mim cabul saat melihatnya mengenakan celana pendek.
“Ibu Sahara melihat laki-laki berpakaian mengumbar aurat itu sama dengan melakukan pencabulan. Buktinya saya itu diusir dari kampung situ alasannya antara lain karena melakukan pencabulan dengan membuka aurat,” tukas Yai Mim.
Tuduhan tersebut bahkan sempat muncul dalam sebuah video ketika Sahara menyebut Yai Mim sebagai “dosen cabul” di hadapan mahasiswa.
“Ada apa kalian disuruh ke sini? Ini mahasiswa UIN semua, jangan pergi kalian. Kenapa? Ini dosen kalian yang cabul itu, dia cabulin saya,” ujar Sahara dalam video itu.
Baca Berita bukamata.id lainnya di Google News










