Di Kabupaten Cianjur, petahana Herman Suherman yang berpasangan dengan Solih Ibing unggul jauh dari pesaingnya dengan elektabilitas mencapai 48,10 persen. Paslon lain, Wahyu Ferdian-Ramzi di angka 17,67 persen dan Deden Nasihin-Neneng Efa Fatimah 23,75 persen.
Direktur Skala Institute, Wahyu Ginanjar mengatakan, survei ini menunjukkan kondisi politik yang terjadi di enam daerah. Meski begitu, setiap paslon masih bisa memanfaatkan perubahan pemilih jelang masa pencoblosan.
“Ini lebih ke medical check up saja, bagi para pasangan calon terhadap situasi konstelasi pilkada. kami juga mencatat adanya potensi perubahan di masyarakat. Beberapa indikatornya adalah karena alasan figur, kandidat, kampanye kandidat, dan kunjungan tim,” ucap Wahyu dalam keterangannya, Sabtu (12/10/2024).
Sementara itu, Direktur Ragaplasma Research, Romdin Azhar menyebut, persaingan di beberapa wilayah sangat sengit, ada pula yang angka elektabilitasnya terpaut jauh.
“Untuk meningkatkan elektabilitas sebesar 5 persen itu sangat berat. Tinggal strategi apa yang digunakan oleh paslon, basis apa yang disasar, segmentasi apa yang mau disasar. Wilayah mana yang difokuskan dengan tingkat perubahan yang masih tinggi,” terang dia.
Secara peluang, kata Romdin, semua masih punya kesempatan meskipun besar kecilnya sangat bergantung pada kinerja di sisa masa kampanye.
“Semua effortnya harus menyesuaikan. Misalkan gini, kan ini jaraknya masih jauh, pengen ngejar, ini jaraknya berapa kali lipat? Misalkan tiga kali lipat, berarti yang harus dilakukan adalah tiga kali lipat yang sedang dilakukan sangat ini,” tandasnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini