Untuk diketahui, angka elektabilitas 18,6 persen untuk pasangan ASIH terbilang mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sebab sebelumnya, angka elektabilitas ASIH masih berada di angka 11 persen.
Di sisi lain, elektabilitas pasangan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan justru menurun. Dari hasil survei lembaga lain, elektabilitas Dedi-Erwan sempat berada di angka 65,9 persen.
Namun pada survei Voxpol, elektabilitas pasangan Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan turun menjadi angka 61,8 persen.
Menanggapi hasil survei tersebut, pengamat politik dari Universitas Padjadjaran (UNPAD), Firman Manan menilai bahwa karakteristik pemilih di Jabar sangat unik. Hal itu terlihat pelaksaan Pilgub Jabar sebelumnya.
“Jawa Barat inikan memang karakteristik pemilihnya unik sehingga paling tidak kita punya pengalaman beberapa pemilihan gubernur itu sejak 2008 kemudian 2013 dan terakhir di 2018 hasilnya itu aga mengejutkan sebetulnya,” ucap Firman.
Oleh karena itu, data-data yang diperoleh dari lembaga survei ini tidak bisa dijadikan acuan untuk menentukan pemenangan dalam kontestasi ini.
“Apalagi kalau waktunya masih relatif jauh, tidak bisa dijadikan pegangan. Jadi jangan kemudian melihat data survei itu sebagai sebuah prediksi,” ungkapnya.
Firman pun mewanti-wanti kepada kontestan yang memiliki angka elektabilitas tinggi terhadap kejutan-kejutan yang akan terjadi pada saat pencoblosan nanti.
Dosen Departemen Ilmu Politik Fisip UNPAD itu mencontohkan, bagaimana Ahmad Heryawan mampu memberikan kejutan pada Pilgub Jabar 2008 dan 2013.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini