“Yang parahnya anak saya di inkubator dalam posisi memakai baju dua lapis, dipakaikan sarung tangan dan pernel bayi,” jelas dia.
Erlangga kemudian sempat menanyakan soal kondisi anaknya ke bidan dan diberi tahu bahwa berat badan anaknya memang tak normal dan napasnya dalam kondisi tak baik. Bidan di klinik pun menyebut bakal berkoordinasi dengan pihak rumah sakit untuk dapat memastikan perlu atau tidaknya tindakan inkubator.
Selain itu, Erlangga juga sempat bertanya kapan anaknya dapat diberikan ASI. Bidan itu pun meminta untuk menunggu sebab akan dilakukan observasi terlebih dahulu sebanyak satu kali tiap jam.
“Bidan jaga memberikan jawaban katanya belum bisa soalnya masih belum bagus kondisi napasnya, dan bidan juga bahwa akan diobservasi setiap satu jam sekali,” papar dia.
Keesokan harinya pada Selasa (14/11/2023) sekitar pukul 07.00 WIB, bidan memberi tahu jika anak dari Erlangga diperbolehkan pulang.
Bidan juga memberi tahu bahwa anaknya dalam kondisi normal dan sehat sehingga tak memerlukan tindakan inkubator. Pihak klinik hanya memberi tahu bahwa harus dilakukan kontrol rutin.
Sebelum meninggalkan klinik, Erlangga pun diminta biaya senilai Rp 1 juta meski sudah memakai Kartu Indonesia Sehat (KIS). Dalam kuitansi yang diberikan, tak dijelaskan secara rinci untuk keperluan apa saja uang Rp 1 juta tersebut.
“Saya menanyakan dan memastikan kepada bidan jaga, apakah benar ini anak di suruh pulang? Apakah sehat ? Apakah normal? Apakah tidak harus di bawa ke rumah sakit untuk di inkubator? Melihat BB-nya saja sangat jauh di bawah normal,” ungkap dia.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini