Sebab, kebiasaan tersebut menjadi pertanda diterimanya puasa yang dikerjakan sebelumnya. Keterangan mengenai ini dikutip oleh Ustadz Amien dari pernyataan ulama yang menyebutkan bahwa ganjaran perbuatan baik adalah perbuatan baik setelahnya.
Karena itu, siapa pun yang berbuat kebaikan kemudian mengikutkannya dengan perbuatan baik lainnya, maka hal yang demikian adalah tanda diterimanya kebaikan yang pertama.
Begitu juga orang yang berbuat baik kemudian mengikutkannya dengan perbuatan buruk, maka yang demikian adalah tanda ditolaknya kebaikan yang ia kerjakan.
4. Tanda syukur kepada Allah
Puasa sunnah Syawal sebagai tanda syukur kepada Allah. Jamak diketahui bahwa di bulan Ramadhan banyak anugerah yang diberikan Allah. Seperti ampunan, pahala yang berlipat-lipat, dan seterusnya.
Ini ditegaskan juga dalam hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Sahabat Abu Hurairah ra yang artinya: “Siapa saja yang berpuasa Ramadhan dengan dasar iman, dan berharap pahala dan ridha Allah, maka dosanya yang lalu akan diampuni.”
[dalam riwayat lain]: “Siapa saja yang menghidupkan malam hari bulan Ramadhan dengan dasar iman, dan berharap pahala dan ridha Allah, maka dosanya yang lalu akan diampuni.” (HR Bukhari dan Muslim).
“Karena ampunan inilah patutnya kita bersyukur kepada Allah dengan melakukan ketaatan berupa puasa Syawal,” jelas Ustadz Amien.
5. Tanda ibadah Ramadhan tak terputus
Puasa sunnah Syawal menandakan bahwa ibadah yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan tidak terputus. Spirit beribadah pada bulan Ramadhan hendaknya tidak sekadar menjadi musiman, melainkan harus dipertahankan di bulan-bulan berikutnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini