Menurutnya, dewasa ini minat siswa terhadap PTN senantiasa tinggi. Ditambah lagi dengan banyaknya universitas yang mengembangkan program – program studi yang inovatif sesuai perkembangan zaman yang cukup menjanjikan.
“Hal tersebut membuat siswa memiliki target masing – masing yang perlu dikejar dengan sungguh-sungguh,” ujarnya.
Wida menyebut, fenomena “anak ambis” pun muncul dikalangan para pelajar dimana memandang siswa yang memiliki target akademik dan usaha tinggi untuk memperoleh capaian akademik yang baik.
“Tak ayal banyak orang tua memasukkan anaknya untuk belajar tambahan di lembaga bimbingan belajar untuk program persiapan masuk ke perguruan tinggi,” imbuhnya.
Padahal, ambisi yang positif juga diperlukan selama bisa diarahkan dengan baik sebagai bahan bakar untuk memotivasi siswa mencapai targetnya. Tak sedikit juga siswa yang merasa kewalahan dengan tugas latihan soal dan banyaknya pertemuan yang mereka harus penuhi untuk mengejar target yang diberikan oleh bimbingan belajar yang diikutinya.
“Padahal, sekolah harus tetap menjadi prioritas. Mereka pun harus menuntaskan tugas-tugas dan ujian sekolah sebagai syarat kelulusan sehingga mereka bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,” jelasnya.
“Siswa terkadang merasakan kebingungan dalam mengelola waktu, bahkan mengelola kondisi kesehatan karena padatnya aktifitas. Lalu, apa dampak yang akan terjadi pada siswa jika merasa “kewalahan” dengan berbagai hal yang dihadapi untuk mengejar targetnya masing-masing?. Tentu saja sedikit banyaknya akan berpengaruh terhadap psikologis siswa,” tambahnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini