Oleh karena, kata Wida, banyaknya dorongan atau tuntutan target yang ingin dicapai, tidak sedikit siswa yang tidak nyaman, merasa tertekan dan merasa terbebani oleh keadaan yang mengharuskannya banyak belajar dan latihan soal untuk mengejar target skor yang harus dicapai untuk masuk ke PTN sehingga menimbulkan stress belajar, atau dalam sebuah jurnal pendidikan disebut dengan stress akademik.
Menurut Sarafino & Smith (2011), stress merupakan suatu proses seorang individu untuk mengubah dampak negatif yang dimunculkan dari stress dengan melakukan perubahan perilaku, kognitif serta emosional dan juga stress tidak hanya berupa stimulus atau respon.
Sejalan dengan temuan Taufik dkk (2013), Stres akademik pada siswa bisa terjadi apabila tekanan dari lingkungan lebih tinggi dari kemampuan yang dimiliki.
“Stres akademik dapat diartikan sebagai respon yang dihasilkan dari harapan atau tekanan yang terlalu tinggi yang dititik beratkan kepada siswa dalam meraih suatu prestasi atau target akademik,” katanya.
Menurutnya, stres akademik yang terjadi dapat dilihat dari perubahan perilaku seperti siswa lalai dalam mengerjakan dan mengumpulkan tugas, mendapat nilai yang kurang memuaskan, sulit berkonsentrasi, sering bolos sekolah, serta cendrung merasa rendah diri dan tidak optimis dalam meraih prestasi akademik. Peran sekolah dan orang tua sangat penting untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
“SMA Mutiara Bunda sangat memperhatikan bagaimana siswa dapat memiliki ambisi positif untuk memunculkan potensi demi mencapai target masing-masing. Secara akademik, siswa diberikan program scholastic class berupa pengenalan soal-soal skolastik yang biasa dipakai dalam jalur tes penerimaan mahasiswa baru seperti UTBK,” bebernya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini