Wida mengatakan, program ini diberikan kepada siswa di level 12 secara berkala sejak semester awal di level 12 dengan porsi yang cukup. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan manajemen waktu dan beban belajar siswa untuk menghindari munculnya stress akademik.
“Siswa pun tidak perlu bepergian jauh untuk datang ke tempat bimbingan belajar tertentu karena sudah difasilitasi sekolah, sehingga mereka bisa belajar dengan fokus dan nyaman. Selain itu, secara psikologis, siswa juga didampingi oleh psikolog dan guru BK untuk meminimalisir munculnya dampak stress akademik sehingga mereka bisa mencapai hasil yang optimal,” paparnya.
Wida mengungkapkan, pemberian soal-soal yang sangat bervariasi dan biasa muncul dalam tes UTBK juga memperhatikan bobot tingkat kesulitan soal. Banyak siswa yang mengeluhkan soal-soal latihan di luar sana jauh lebih sulit dan tidak sesuai dengan tes yang diikuti.
“Setelah mendapatkan latihan soal dan bagaimana cara memecahkannya, siswa diberikan Try Out secara berkala untuk mengevaluasi pencapaian belajar mereka, serta sejauh mana mereka dapat mencapai target yang ditentukan,” ungkapnya.
“Tentu saja disertai dengan hasil analisis yang detail sehingga siswa tahu betul bagian mana yang harus dikuatkan. Hal tersebut dapat membantu siswa untuk belajar lebih efektif dan efisien, sehingga meminimalisir resiko terjadinya stress akademik,” lanjutnya.
Selain dipersiapkan secara kognitif, siswa juga diberikan persiapan menuju masa depan dalam aspek rohani agar siswa memperoleh keseimbangan hidup dan lebih survive dan adaptif. Melalui program Hop of Life, siswa juga dibekali untuk menghadapi kehidupan sesungguhnya di masyarakat nanti sesuai fitrahnya sebagai muslim dan muslimah sejati.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini