bukamata.id – Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan kajian mendalam tentang Islam sebagai agama yang mencakup semua aspek kehidupan dalam Pengajian Muhammadiyah di Jakarta.
UAH menekankan pentingnya memahami struktur beragama yang benar agar umat Islam dapat menjalani hidup secara komprehensif sesuai tuntunan agama.
“Beragama itu ada akidah, setelah itu pembuktian akidah pada ibadah, implementasi ibadah pada muamalah, dan hiasannya disebut akhlak. Inilah yang disebut ad-din al-mutakamil, agama yang sempurna,” ucap UAH dikutip laman Muhammadiyah, Jumat (22/11/2024).
Ustadz Adi menyoroti bagaimana konsep Islam berakar pada kata “aslama” yang bermakna tunduk dan patuh kepada Allah. Ia menjelaskan bahwa ketika seseorang memasuki Islam, ia terikat oleh konsekuensi untuk mematuhi segala aturan Allah.
“Ketika Allah memperkenalkan kata al-Islam, itu diiringkan dengan kata ad-din. Konsekuensi pertamanya adalah tunduk pada setiap ketentuan dalam bingkai Islam,” jelasnya sambil merujuk pada surah Ali Imran ayat 19.
Lebih lanjut, UAH menekankan bahwa identitas seorang Muslim dibuktikan melalui pelaksanaan pedoman hidup yang disebut asilmu. Pedoman ini memberikan ketenangan sebagai hasil nyata dari keimanan yang kokoh.
“Hasil dari keislaman kita yang menunaikan semua petunjuk dalam Islam itu disebut jaminannya salam,” ujarnya.
Dalam penjelasannya, Ustaz Adi menyebutkan bahwa ketenangan merupakan hadiah pertama bagi mereka yang benar-benar menjalankan Islam.
“Kalau salat yang didapatkan pertama itu ketenangan, bukan BMW. Dalam rumah tangga juga, kalau benar, yang dikasih pertama kali adalah sakinah sebelum mawaddah,” terangnya.
Dalam konteks berislam, Ustaz Adi menekankan pentingnya mengevaluasi diri. Menurutnya, jika seorang Muslim tidak menemukan kedamaian atau kebahagiaan, maka hal pertama yang harus diperiksa adalah sejauh mana ia telah memaksimalkan pedoman keislamannya.
“Kalau tidak ada perbedaan dalam kehidupan kita dengan yang belum berislam, maka perlu dicek optimalisasi penunaian pedoman keislaman kita,” tegasnya.
Ia juga mengaitkan keberhasilan umat Islam masa lalu dengan kedalaman akidah dan praktik keislaman mereka.
“Zaman Utsman bin Affan tidak ada Google, tidak ada YouTube, tetapi hasilnya luar biasa. Mengapa dengan fasilitas serba lengkap sekarang kita tidak bisa menghasilkan sesuatu yang melampaui zaman?” imbuhnya.
Kajian tersebut diakhiri dengan ajakan untuk memperkuat ikatan keimanan agar nilai ketuhanan benar-benar terinternalisasi dalam hati.
“Latihan kita untuk terus mengikat iman itu dalam jiwa disebut akidah, yang menjadi dasar kehidupan seorang Muslim,” tandasnya.