bukamata.id – Majalah Aktuil, platform asal Bandung, dikenal sebagai salah satu media legendaris yang memotret dinamika musik dan budaya pop, khususnya genre rock yang mulai berkembang pesat di kalangan anak muda Indonesia pada akhir 1960-an.
Didirikan pada tahun 1967, Aktuil menjadi suara penting bagi generasi yang haus akan informasi dan tren baru dalam musik.
Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia di situs Kemdikbud RI, majalah ini terbit dua minggu sekali dengan ukuran 21 x 28 cm, diterbitkan oleh CV Aktuil yang beralamat di Lengkong Kecil 57, Bandung.
Pemimpin redaksinya, B. Juyanto dan Toto Rahardjo, memimpin publikasi yang tidak hanya meliput musik lokal tetapi juga tren internasional, menjadikannya ikon di kalangan anak muda yang tertarik pada budaya pop Barat.
Tiras Aktuil mencapai 126 ribu eksemplar pada 1973-1974, berkat dukungan Aktuil Fans Club yang dibentuk di berbagai daerah.
Di Jakarta, komunitas ini diurus oleh kelompok musik Panbers, sementara di Bandung, diurus oleh A.M. Ruslan dari Pikiran Rakyat.
Namun, pada akhir 1978, oplah Aktuil mengalami penurunan tajam, tinggal 3.000 atau 4.000 eksemplar. Di tahun 1970-an, majalah ini juga membuka jaringan kantor perwakilan di luar negeri, termasuk Hamburg, Berlin, dan New York.
Aktuil bahkan mengejutkan publik dengan mengundang grup musik Deep Purple untuk tampil di Indonesia pada tahun 1975.
Rubrik dalam majalah ini mencakup pendapat pembaca, artikel tentang politik, budaya, kesenian, hukum, dan film. Banyak sastrawan terkenal menulis untuk Aktuil, seperti Sitor Situmorang, W.S. Rendra, dan Abdul Hadi W.M.
Selain itu, majalah ini juga memfasilitasi ekspresi sastra, termasuk puisi anti kemapanan yang dipropagandakan oleh Remy Sylado dan kawan-kawan.
Aktuil dikenal karena liputannya yang berani dan dukungannya terhadap ekspresi anak muda.
Di masa ketika banyak media skeptis terhadap budaya pop Barat, Aktuil justru merayakannya sebagai bentuk seni yang patut diapresiasi.
Ini menjadi salah satu alasan mengapa majalah ini begitu digemari oleh anak muda di Bandung dan kota-kota lain.
Meskipun Aktuil berhenti terbit pada awal 1980-an, pengaruhnya tetap terasa kuat.
Banyak musisi Bandung yang mengakui bahwa Aktuil memperkenalkan mereka pada dunia musik internasional dan memelopori perubahan pandangan masyarakat terhadap rock dan budaya pop, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari sejarah musik Indonesia.