Dengan mendengarkan catatan asam tektonik ini, ilmuwan Bumi dapat memetakan struktur ini, seperti dokter yang mengambil sinar X.
“Kami melihat gelombang seismik melambat di sana,” kata Dr. Deuss saat membahas bagaimana gelombang itu terjadi di pegunungan bawah tanah, yang disebut sebagai Large Low Seismic Velocity Provinces (LLSVP) karena alasan ini,” ujarnya.
Penelitian baru menemukan bahwa struktur baru tersebut tidak hanya lebih panas daripada lempeng tektonik di dekatnya, yang merupakan alasan mengapa gelombang melambat sejak awal, tetapi juga mungkin setengah miliar tahun lebih tua.
Rekan Duess, Sujania Talavera-Soza mengatakan, para ilmuwan dibuat bingung saat mempelajari apa yang disebut peredaman gelombang seismik, yang merupakan jumlah energi yang hilang oleh gelombang saat merambat melalui Bumi.
“Berlawanan dengan ekspektasi kami, kami menemukan sedikit peredaman di LLSVP, yang membuat nada terdengar sangat keras di sana. Namun, kami menemukan banyak peredaman di kuburan lempengan dingin, yang membuat nada terdengar sangat lembut,” sebutnya.
Hal ini tidak seperti mantel atas, yang diperkirakan ‘panas’ dengan gelombang yang teredam. Talavera-Soza menganalogikan fenomena ini dengan berlari di cuaca panas, dan menjelaskan, “Anda tidak hanya melambat, tetapi juga menjadi lebih lelah dibandingkan saat cuaca dingin di luar,” ujarnya.
Pada akhirnya, penelitian ini bertentangan dengan gagasan bahwa mantel Bumi tercampur dengan baik dan mengalir cepat, sementara para peneliti mengamati bahwa ada aliran yang lebih sedikit di area tersebut daripada yang umumnya diperkirakan.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini