“Pendanaan yang kami dapatkan akan digunakan untuk menunjang kegiatan operasional perpustakaan, memperbanyak dan memperluas jangkauan kegiatan atau aktivitas,” imbuhnya.
The Room 19 juga mengadakan berbagai kegiatan seperti diskusi buku, workshop melukis, dan silent reading book party dengan tema bulanan yang berbeda.
Reiza melihat peran penting perpustakaan independen dalam mendukung literasi masyarakat.
“Aku percaya bahwa sebenarnya tidak ada orang yang gak suka baca buku, yang ada adalah orang yang belum menemukan buku yang cocok untuk dirinya,” ujarnya.
Tak hanya sebatas teman di kala sendiri, The Room 19 juga secara serius ingin menjadi ‘the next of library space’ di Bandung melalui serangkaian aktivitas menarik yang beragam.
Uniknya, mereka memilih satu peristiwa menarik di setiap bulannya dan terdapat proses kurasi dengan buku-buku yang memiliki tema serupa.
“Jadi, kita sebenarnya ingin buku (itu) tidak memperlakukannya sebagai benda mati, tapi sebagai perwujudan dari pikiran. Karena mau bagaimana pun, manusia punya pikiran, ide, dan gagasan yang hidup,” terangnya.
Ke depan, The Room 19 berencana memperluas ruang untuk menampung lebih banyak pengunjung dan membuka ruang khusus untuk quiet room dan area hijau. Mereka juga aktif berkolaborasi dengan komunitas lokal dan lembaga pendidikan melalui program “Mimbar Ide”.
Harapan jangka panjang mereka adalah menjadi inspirasi bagi perpustakaan lain dan berperan dalam pengembangan budaya membaca di Indonesia.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini