Langkah kedua dalam metode ini adalah tilawah, yaitu membaca Al-Qur’an dengan benar dan penuh pemahaman.
Membaca Al-Qur’an, menurut UAH, tidak sama dengan membaca teks biasa. Karena merupakan firman Allah, cara membacanya harus sesuai dengan tata cara yang benar.
“Kita diajarkan membaca sejak kecil dengan bimbingan. Begitu pula membaca Al-Qur’an, perlu pembimbing agar kita tidak salah dalam pengucapan,” jelasnya.
Selain tamhid dan tilawah, UAH mengingatkan pentingnya memahami makna dari kalimat Bismillahirrahmanirrahim.
Banyak orang tidak menyadari keutamaannya, sehingga enggan memulai aktivitas dengan menyebut kalimat ini. Padahal, keutamaannya sangat besar jika dipahami.
“Orang yang tidak mengenal keutamaan Bismillahirrahmanirrahim, apa manfaatnya, apa kemuliaannya, belum tentu mau memulai dengan kalimat ini. Itu sebabnya tamhid menjadi sangat penting,” katanya.
Proses tilawah juga menuntut seseorang untuk memahami bahwa membaca Al-Qur’an adalah aktivitas yang sakral.
UAH mengingatkan bahwa membaca Al-Qur’an dengan asal-asalan akan mengurangi keberkahan.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini