“Kami juga bertanya-tanya, seperti ada tangan tak terlihat yang mendesain secara halus memunculkan aliran-aliran ini. Mungkin karena jumlah penduduknya besar, umat Islam mayoritas, dan semua agama serta aliran ada. Jadi, daerah ini dianggap strategis,” jelasnya.
Selain itu, Rafani menerangkan, aliran-aliran sesat di Jabar muncul dnegan berbagai motif, yang paling dominan karena faktor ekonomi.
“Mereka menjanjikan surga, rezeki, atau keselamatan kepada pengikutnya demi mendapatkan keuntungan,” ucap Rafani.
Kemudian motif lain yang tak kalah mencolok adalah politik, seperti kasus Panji Gumilang dari Al Zaytun.
“Panji itu politiknya kental, apalagi trek record-nya pernah terlibat DI/TII dan NII KW9. Dia menggerakkan pengikut untuk mencari dana,” ungkapnya.
Kendati demikian, saat ini aliran sesat di Jawa Barat perlahan mulai berkurang. Namun, bukan berarti MUI berdiam diri.
Rafani menegaskan, pihaknya sedang mengawasi beberapa kelompok yang diduga menganut ajaran tertentun yang menyimpang dari ajaran Islam.
“Dalam satu dua bulan ini memang tidak ada. (Yang diawasi) ada banyak, seperti yang pengajian Saeful Karim yang dosen UPI itu,” tandasnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini