Setelah membuat ukuran lebih besar, kini ia pun membangun incinerator dengan sistem yang lebih kompleks. Filtrasinya sampai enam lapis.
Ia memaparkan, sistem incinerator Jozef memiliki ruang pembakar sampah padat dan ruang pembakar asap. Kedua ruangan itu akan bereaksi aktif ketika temperatur ideal.
“Pembakaran sampah yang di bawah, cukup dengan temperatur 500-800 derajat celcius sudah bisa digunakan. Sedangkan ruang pembakar asap itu harus di atas 800-1.300 derajat celsius,” terangnya.
Secara proses, di ruang bawah tempat pembakaran sampah padat akan mengeluarkan asap. Kemudian asap diolah lagi di ruang 2, sehingga terjadi pembakaran lagi di sana. Oleh karena itu, dibutuhkan material khusus untuk membangun incinerator.
Untuk proses awal, batok kelapa kering dijadikan sebagai bahan bakar permulaannya untuk memanaskan incinerator. Batok kelapa tersebut diperoleh dari pedagang karena sampah kelapa tidak bisa dibuang di Bank Sampah.
“Incinerator ini bisa mengolah 3 ton sampah per hari. Kita beroperasi setiap malam mulai dari pukul 21.00-00.00 WIB. Tapi tergantung banyaknya sampah. Kalau semakin lama, ya bisa sampai pukul 02.00 pagi,” katanya.
Saat musim kemarau seperti ini, proses pembakaran akan lebih cepat. Namun, jika musim hujan, pemanasan incineratornya membutuhkan waktu lebih lama.
Ia menambahkan, dengan kondisi TPA Sarimukti saat ini, warga RW 08 tak merasakan dampak berarti. Sebab di lingkungannya permasalahan sampah betul-betul sudah teratasi 100 persen dengan incinerator. Sampah anorganik pun sudah dipilah warga dan dimasukkan jadi tabungan emas di Bank Sampah.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini