“Berdasarkan laporan pak Kadis LH, bahwa rata-rata 500 kilogram per hari sampah yang dihasilkan di komplek perkantoran. Nanti akan diolah, mana sampah organik, anorganik, dan sampah residu,” katanya.
Kendati demikian, teknologi pengolahan sampah ini tidak akan dulu diterapkan di masyarakat. Untuk awalnya akan dilakukan uji coba di lingkungan komplek perkantoran. Jika kenyataannya berjalan sesuai harapan bisa diterapkan di masyarakat.
Lebih lanjut, Ade berharap aparatur sipil negara (ASN) Pemkab Bandung Barat bisa ikut mengedukasi masyarakat di tempat tinggalnya. Pengaplikasian pengolahan sampah di Saung Edukasi 3 R dibawah tanggung jawab DLH KBB.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup KBB, Ibrahim Adjie mengakui belum ada tempat pengolahan sampah yang dikelola oleh pihaknya. Diakuinya TPA Sarimukti masih sangat diandalkan untuk menampung semua sampah yang ada di Bandung Barat.
Ibrahim memastikan, DLH KBB akan segera memberikan fasilitas penunjang sampah. Baik tong sampah di tempat publik maupun teknologi untuk tempat pengolahan sampah. Ini sebagai jawaban dari persoalan sampah yang sulit diselesaikan.
“Memang kami akui selain sosialisasi kepada masyarakat untuk sadar mengelola sampah juga harus ditunjang dengan sarpras (sarana prasarana). Di kami belum ada, tapi ini akan segera dilengkapi sarpras penunjang sampah baik tong sampah di tempat-tempat masyarakat biasa berkumpul maupun tempat pengolahan sampah,” tuturnya.
Sementara itu, Mochamad Satori mengatakan, pengolahan sampah di Saung Edukasi 3 R ini, memiliki 3 metode pengolahan sampah organik, yakni dengan metode Kompos Bata Terawang, Kompos Takakura dan Kompos Biofori dan anorganik dikumpulkan melalui bank sampah.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini