Tak hanya sampai di situ, para peneliti juga menemukan adanya tanda-tanda kehidupan dalam air di kolam tersebut. Di mana, jejak kimia yang ditinggalkan organisme bersel tunggal yang pernah hidup dalam air tersebut.
“Dengan melihat sulfat dalam air, kami melihat sidik jari yang menunjukkan adanya kehidupan. Dan kami dapat menunjukkan bahwa tanda dalam air pasti dihasilkan oleh mikrobiologi, dan yang terpenting pasti telah terbentuk dalam skala waktu yang sangat panjang,” ujar Prof Sherwood Lollar, mengutip BBC News.
“Mikroba yang menghasilkan tanda ini tidak mungkin melakukannya dalam semalam. Ini bukan sekadar tanda mikrobiologi modern. Ini pasti merupakan indikasi bahwa organisme telah hadir dalam air ini pada skala waktu geologis,” imbuhnya.
Fakta bahwa organisme mampu bertahan hidup dan berkembang dalam air yang sangat tua dan dalam di kerak bumi memiliki implikasi penting. Tak hanya memberi tahu tentang kehidupan purba di muka bumi pada miliaran tahun lalu, tetapi juga dapat membantu pencarian kehidupan di tempat lain di tata surya.
Penemuan kolam air pada 2016 ini menggeser rekor air tertua berusia 1,5 miliar tahun yang ditemukan pada 2013 silam oleh tim ilmuwan yang sama di tambang yang sama juga. Hanya saja penemuan air pada 2013 itu berada di kedalaman sekitar 2,5 km di bawah tambang.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini